NAFAS (Noah Ark from Atlantis)
Untuk
bab ini, saya akan coba kaitkan kembali perbandingan literatur kuno dan ilmiah
modern pada penciptaan manusia. Di mana saya tidak begitu membahasnya di proses
1 (Pada penulisan “WICK”, World in Create
Kaleidoscopic) yang lebih ditujukan kepada pembahasan alam-nya terdahulu.
Karena manusia sendiri, sekarang merupakan faktor terbesar dan kunci untuk
perabadan bumi saat ini. Dan terkait berbagai simbolis dan kode-kode tertentu
dari literatur kuno yang juga masih saling berkelindaan logika pemahamannya
dengan ilmiah modern. Saya akan kembali mengimajinasikan anda pada gambaran
literatur kuno dan ilmiah modern.
Hingga
abad ke-19, gagasan Kristiani tentang penciptaan telah menjadi kerangka dasar
bagi pandangan Eropa mengenai alam kehidupan. Alkitab menggambarkan setiap
spesies telah diciptakan ‘menurut jenisnya’, yang dahulu oleh para naturalis
dan ahli teologi diartikan memiliki ketetapan menurut hukum Ilahi. Di zaman
ketertarikan terhadap alam kehidupan yang terus meningkat, pengklasifikasian
keanekaragaman hidup yang begitu kaya telah menjadi suatu untuk memberikan
kesaksian terhadap keagungan sang pencipta.
Sebagaimana
seperti proses inisiasi yang akan disampaikan dalam zaman kuno, penting untuk
membiarkan gambaran imajinatif bekerja dalam khayalan kita saat ini. Sebelum
kita mencoba kembali memahami sejarah kuno kosmos, atau untuk memahami mengapa
banyak orang cerdas telah mempercayainya. Ada makhluk hidup yang memperbanyak
diri secara aseksual, yaitu suatu bentuk reproduksi yang cepat dan mudah karena
hanya melibatkan orang tua tunggal (tanpa pasangan). Kerugian dari cara
bereproduksi ini adalah umumnya tidak menghasilkan variasi. Dengan kata lain,
keturunan yang dihasilkan tak lain merupakan duplikat orang tua mereka.
Berlawanan dengan itu, reproduksi seksual yang melibatkan pasangan orang tua
justru menghasilkan keturunan dengan kombinasi baru dari ciri-ciri kedua orang
tua tersebut. Bagaimanapun, bahkan di alam ada pengorbanan untuk seks. Namun,
seks menghabiskan jauh lebih banyak waktu dan energi dibandingkan reproduksi
orang tua tunggal (aseksual). Dan jika ini dikaitkan dengan historis manusia
secara literatur kuno, dalam Kitab Kejadian peralihan terbesar metamorfosis dua
hal tersebut ditutup pada masa Nuh untuk penyempurnaan ciri-ciri reproduksi
seksual yang mulai dievolusi sejak zaman Adam dan Hawa beranjak dari taman
Eden. Dan ilmiah modern lebih variatif lagi berspesies ria...
Proses
2
Sebagian
besar masa Geologi sejak terbentuknya bumi di bagi menjadi tiga zaman besar.
Zaman Primer atau pertama melihat
permunculan tanaman-tanaman seperti rumput laut, lumut, pakis, dan terakhir
pemunculan tanaman-tanaman berbatang besar, yang vegetasinya berlimpah
membentuk batu bara. Zaman ini juga melihat pemunculan binatang, dimulai dengan
makhluk-mahkluk tidak bertulang belakang sederhana yang hidup di air dan
kemudian muncul ikan dan amfibi.
Yang
kedua adalah Zaman Sekunder. Zaman ini adalah zaman khusus untuk reptil-reptil
besar, yang tulang-tulangnya ditunjukkan di museum. Selama masa ini
binatang-binatang berbentuk seperti burung berkembang dan menjadi burung sejati
karena mereka mengembangkan sayap dan metodefikasi sisik-sisik reptil mereka
menjadi bulu.
Kemudian
di zaman Tertiary atau zaman ketiga muncul pertama kali berbagai macam binatang
mamalia. Ini adalah semacam catatan bebatuan berusia jutaan tahun sebelum
jejak-jejak pertama manusia. Zaman ini memiliki karakteristik iklim
semi-tropis, bahkan di wilayah Arktik. Menjelang akhir zaman Tertiary, zaman
ini mengalami perubahan iklim besar mulai terjadi di garis lintang utara, dan
menyebab apa yang disebut Zaman Es.
Gumpalan-gumpalan
es besar terbentuk di daratan-daratan yang mengelilingi Kutub Utara dan secara
perlahan bergerak ke selatan. Amerika Utara hingga lembah Ohio dan Missouri dan
Eropa hingga sungai Rhine dan Thames tertutup massa es, yang diperkirakan
memiliki ketebalan satu mil. Glasier-glasier besar juga muncul di pegunungan
Alps, Pyrenees, dan Kaukasus dan menurun dari pegunungan ini jauh hingga ke
dataran-dataran di sekitarnya. Zaman Es, terlepas dari namanya, bukanlah zaman
dingin yang tidak terinterupsi. Tampaknya telah ada empat kemajuan dan
kemunduran es yang menyebabkan lebih banyak atau lebih sedikit interval-interval
hangat. Dalam zaman Kultural atau periode Arkeologi, hal ini terdapat pada
kisaran Zaman Eolithik ± 500.000 SM hingga ± 50.000 SM. Dengan jenis kelompok
kehidupan hewan-hewan berkembang di sini antara lain; Singa Hyena, Lynk,
harimau bertaring besar (SaberTooth),
Gajah dan Mammoth berbulu, Kuda Nil,
Badak berbulu, Beruang Gua, Bison Eropa, Banteng liar (Aurochs), Kuda Stepa, Sheep
Elk, Reinder Musk. Sedangkan jenis manusia
yang diperkirakan adalah Heidelberg ± 375.000 SM, Piltdown ± 150.000 SM, dan
Neanderthal ± 50.000 SM. Mereka inipun saling muncul dan hilang dari ekstremnya
iklim perubahan zaman Es pada tahapan interglacial, glacial hingga pasca
glasial yang mengakhirinya. Di sinikah kemungkinan dari sisi lain secara kosmos
perananan perabadan Atlantis memainkan perubahannya?
Pada
jenis manusia Heidelberg, fosil mereka ditemukan pada tahun 1907 M di liang
pasir dekat Heildelberg, Jerman. Zaman mereka berada pada Zaman Es di
interglasial kedua. Tulang ini terkubur sekitar 80 kaki di bawah permukaan, bersama
dengan sisa-sisa berbagai binatang lainnya, termasuk gajah dan badak. Tulang
rahang bawah mereka memiliki beberapa ciri mengagumkan, dengan diketahui
sebagai tulang rahang bawah manusia terbesar yang pernah di ketahui. Tulang
rahang bawah mereka terlihat tidak memiliki dagu, dan bagian belakang yang
menyempit mungkin tidak memberi ruang pada lidah untuk mengartikulasi suara.
Pastilah dalam suatu gambaran dengan wujud diri anda sekarang, mereka terkesan
makhluk aneh. Di sinilah kemungkinan lain yang tersimbolis bahwa mereka
sesungguhnya salah satu dari hasil persilangan kawin yang kacau, seperti yang
dicatat dalam Kitab Kejadian 6:1-8, bahwa itulah orang-orang yang gagah perkasa
di zaman purbakala. Di mana jika di Indonesia, kita juga mendapatkan gambaran
ini pada penemuan fosil manusia purba Meghantropus
Paleojavanicus dan Pithecantrophus Robustus. Gajah dan Badak
yang tergali di sisi mereka mungkin tak lebih besarnya para jenis Heidelberg
melihat mereka seperti saat kita manusia saat ini melihat anjing Pitbul.
Sedangkan
pada jenis Piltdown yang di temukan di Piltdown, Sussex, Inggris. Pada tahun
1911-1912 M mereka di temukan di daratan krikil yang terdiri dari bagian tulang
tengkorak, rahang bawah, dan beberapa gigi, bersama dengan sisa-sisa kuda Nil,
badak, dan binatang-binatang lainnya. Manusia ini diperkirakan telah hidup
selama tahap interglasial ketiga. Penemuan ini menarik perhatian karena diklaim
sebagai salah satu jenis manusia paling tua, di mana bentuk kepala dan ukuran
otak diketahui menurut perkiraan saja. Tulang tengkoraknya luar biasa tebal,
jauh lebih tebal daripada tulang tengkorak manusia modern. Melihat bentuk dan
ukurannya, tulang tengkorak ini memiliki otak kecil. Rahangnya bahkan tidak
menyerupai rahang manusia, terutama dengan tidak adanya tulang dagu. Giginya
menunjukkan karakter tidak seperti manusia. Maka persepsi ketidakyakinan akan
muncul, bahwa tulang tengkorak dan rahang ini milik individu yang sama. Akan
tetapi, jika dikaji hal ini pada artefak-artefak dan catatan-catatan literatur
kuno sesungguhnya sebagai pernah adanya generasi unik yang selama ini dianggap
takhyul karena berada pada mitos. Kemungkinan mereka adalah perpaduan wujud jenis manusia dan hewan dalam
satu tubuh seperti Oannes atau Poseidon.
Sementara
penemuan manusia Neanderthal yang hidup selama tahapan glasial keempat
ditemukan pada tahun 1856 M di gua kecil lembah Neanderthal di Rhenish, Prussia
(sekarang wilayah Jerman). Ciri paling mencolok dari tulang tengkoraknya adalah
ketebalannya, dahinya rendah dan menjorok ke belakang, dan alis mata menyatu.
Sebelum ditemukan hampir tiga puluh contoh tulang tengkorak lain sejenis
ditemukan selama separuh abad terakhir, para ilmuwan berpendapat bahwa
tengkorak ini tak lebih milik orang idiot atau orang yang mengindap penyakit. Dalam
tampilan lainnya, mereka ini pendek (sekitar 5 kaki, 3 inci), rahangnya besar
dengan tulang dagu menjorok ke belakang. Tubuhnya mungkin berambut dengan ibu
jarinya terlihat kurang fleksibel dibandingkan ibu jari manusia modern saat
ini. kepalanya, jika dilihat dari atas, sangat sempit, dan ia tidak bisa
berjalan dengan tegak. Manusia Neanderthal ini menurut para ilmuwan mereka
hidup bersama dengan beruang gua, singa gua, Hyena gua, dan binatang-binatang
lainnya yang sekarang punah. Inilah mungkin perwujudan lain secara empiris dari
evolusi makhluk bumi. Tak jauh berbeda dengan jenis Heidelberg dan Piltdwon,
kemungkinan besar mereka juga bagian dari kekacauan hasil persilangan kawin kehidupan
eksotis yang banyak dianggap mitos selama ini. Dan kronik tenggelamnya Atlantis
dan Bahtera Nuh mengakhiri zaman ini dan mengungsi ke daratan lain dalam
pembaharuan untuk ada pada kemunculan jenis Manusia Cro-Magnon, yang mana
mereka muncul sesudah zaman Es, sesudah banjir besar.
Manusia
Cro-Magnon berasal dari nama tempatnya ditemukan di sebuah gua di wilayah Prancis
di mana lima kerangka berhasil di gali pada tahun 1868 M. Mereka memiliki tubuh
tinggi, dengan wajah lebar, hidung besar, alis mata yang lebih tipis, dagunya
telah berkembang dengan baik, dan otaknya besar. Perkembangan fisik dan mental
manusia Cro-Magnon menyerupai manusia modern, walaupun mereka hidup di zaman
pasca-glasial awal bersama Mamoth berbulu, badak berbulu, Bison, rusa kutub,
ataupun kuda stepa liar di daratan Eropa Barat. Dan inilah kemungkinan kehidupan
lain dari sisi primitif yang mengawali kembali perabadan bumi bersamaan dengan
keluarga Nuh di sisi lainnya mulai
tersebar dari Mesopotamia. Karena dari catatan-catatan kuno lain merujuk bahwa
Nuh bukan satu-satunya keluarga yang bisa menyelamatkan diri dari air bah. Akan
tetapi, kisah Nuh sebagai perwujudan khusus dari penyelamatan keluarganya yang
akan mewakili dari sisi moderat bisikan Ilahiah. Dan Allah menugaskan Nuh
sebagai Adam berikutnya. Dengan Bahtera Nuh yang selain sanak-keluarganya juga
terdapat berbagai jenis binatang serta keperluan lainnya. Kemudian Nuh memulai
di tanah baru dengan bertani, bukankah ini seperti kembali ke masa awal Adam di
taman Eden dan awal pengusiran dari taman Eden, ibarat mereka manusia awal seperti
sebagai pakar zoologi dan botanical bumi. Adam dan Nuh adalah
generasi yang dilatih dan dituntun langsung dari Allah dan para
malaikat-malaikatnya membiakan awal perabadan di bumi. Maka, sekarang kita
beralih ke catatan-catatan literatur kuno...
Dalam
Mitologi Aztec dan Maya pada awalnya, para pencipta memakai lumpur untuk
menciptakan manusia. Namun demikian, manusia lumpur bukanlah yang terbayang di
benak mereka. Manusia lumpur itu sangat lembek, lemah, dan sulit berdiri; yang
lebih parah lagi, setelah turun hujan menjadi basah dan tidak bisa berdiri sama
sekali. Lagipula mereka tidak bisa melihat dan tidak berotak. Mereka bisa
bicara, namun karena tidak punya otak yang bisa mengatur pemikiran mereka,
suara mereka hanya terdengar bagai celotehan. Tanpa membuang-buang waktu, para
pencipta menghancurkan manusia lumpur secepat mungkin setelah mereka
diciptakan.
Para
pencipta mencoba kembali.Kali ini mereka menggunakan kayu. Manusia kayu adalah
perbaikan dari manusia lumpur. Kayu yang kokoh membuat mereka mampu berdiri dan
berjalan. Layaknya manusia lumpur, manusia kayu juga bisa bicara. Mereka hidup
dan beranak pinak.
Namun
para pencipta menyadari bahwa manusia kayu sama saja seperti manusia lumpur,
tidak punya otak, sehingga perkataan yang mereka ucapkan tidak masuk akal.
Mereka juga tidak punya darah yang mengalir di sekujur tubuh mereka, sehingga
kulit mereka kering dan keras, bukan segar dan lembab. Karena tidak punya perasaan,
wajah mereka tanpa ekspresi. Bahkan mereka tidak mempunyai jiwa untuk
membedakan mana yang benar dan salah. Makhluk yang dungu ini membakar bagian
bawah peralatan masak dan wajan pipih mereka. Bahkan mereka memukul dan membuat
anjing-anjing peliharaanya kelaparan. Akhirnya, para pencipta sadar bahwa
mereka harus memusnahkan manusia kayu dan mencoba menciptakan makhluk yang
lebih lengkap untuk ketiga kalinya.
Untuk
menghancurkan manusia kayu, para dewa mempermalukan mereka. Awalnya para
pencipta membuat banjir dari getah yang lengket. Manusia kayu berusaha
melarikan diri, namun anjing-anjing yang dulu menjadi korban mereka berusaha
mencegahnya. Anjing-anjing manusia kayu yang dipukuli dan dibiarkan kelaparan
dengan ganas berusaha membalas dendam menggunakan gigi-gigi mereka yang tajam
untuk menggigit manusia kayu dan mengoyak wajah mereka. Wajan pipih dan
peralatan masak yang pernah mereka bakar juga ikut balas dendam dengan membakar
punggung mereka.
Beberapa
manusia kayu membebaskan diri dari para penyerang yang lengah dan berusaha
melarikan diri untuk meninggalkan banjir getah yang lengket. Mereka memanjat
pohon dan bersembunyi di atas atap rumah mereka. Bahkan pepohonan dan
rumah-rumah menuntut balas terhadap mereka. Pepohonan menggoyangkan dahan-dahan
mereka sampai para manusia kayu jatuh ke tanah. Rumah-rumah roboh dari pada
melindungi manusia kayu. Ketika manusia kayu itu berlomba-lomba menuju goa-goa,
pintu goa itu segera tertutup. Kebanyakan dari mereka tenggelam dalam getah.
Manusia kayu yang bertahan hidup sedikit sekali, itupun wajah mereka tidak
karuan dan tidak menyerupai manusia. Mereka menjadi spesies binatang baru yang
disebut kera. (Mungkin hal ini pula dari sisi lain yang mendasari keutamaan
teori evolusi Darwin saat ia mengikuti perjalanan kapal ekspedisi Beagle).
Untuk
ketiga kalinya, para pencipta berkumpul untuk bermusyawarah. Mereka perlu cara
baru untuk menciptakan ras manusia seperti yang mereka impikan. Tepat ketika
musyawarah akan dimulai, empar jenis hewan datang mengunjungi mereka: kucing
gunung, anjing hutan, burung gagak dan burung nuri. Para binatang bercerita
kepada para pencipta tentang makanan yang menakjubkan, yaitu maizena atau
jagung yang tumbuh disekitar tempat yang disebut Broken Place (Tanah Gembur). Para pencipta sangat penasaran akan
makanan baru tersebut dan ingin melihatnya sendiri. Keempat binatang itu lalu
mengantarkan para pencipta menuju ke Broken
Place di mana mereka menemukan jagung yang tumbuh melimpah ruah. Seketika
itu juga para pencipta sadar bahwa inilah bahan terakhir yang hilang. Inilah
bahan yang benar-benar mereka butuhkan untuk menciptakan makhluk (manusia) yang
akan menempati bumi.
Seketika
itu juga para pencipta menjadi sibuk. Mereka menumbuk jagung menjadi tepung dan
menggunakannya untuk menciptakan empat laki-laki kuat dan tampan yang dikenal
dengan sebutan Empat Bapak. Kemudian mereka menggiling lebih banyak jagung
sehingga menjadi cairan. Para menawarkan cairan tersebut kepada keempat bapak
yang baru saja mereka ciptakan. Para lelaki itu meminumnya, tiba-tiba saja
mereka memiliki otot dan tenaga. Ketika para lelaki itu tidur, para pencipta
menciptakan wanita untuk masing-masing mereka yang setara kecantikannya dengan
ketampanan mereka.
Keempat
bapak sangat berterima kasih kepada para pencipta karena sudah membawa mereka
ke dunia dan memberikan mereka kecerdasan yang sangat tinggi sehingga mereka
tahu semua ilmu di dunia. Kepandaian mereka didapatkan dari penglihatan para
lelaki yang sangat kuat. Keempat bapak itu berkata pada para pencipta, “Kami bisa
melihat, mendengar, bergerak, dan berbicara. Kami bisa berpikir dan mengenal
segala sesuatu yang ada di bumi maupun di langit. Terima kasih telah
menciptakan kami.”
Ucapan
itulah yang tiba-tiba membawa petaka baru. Seiring dengan berjalannya waktu yang
dihabiskan para pencipta untuk mengamati perkembangan ras manusia, mereka sadar
telah membuat masalah yaitu dengan menciptakan manusia terlalu sempurna. Jika
manusia terus-menerus melihat dan mengetahui segala sesuatu, maka mereka tidak
saja menjadi manusia, namun menjadi dewa layaknya para pencipta. Karena itulah,
para pencipta harus melakukan sesuatu untuk membatasi kecerdasan dan kekuatan
mereka.
Para
pencipta meniupkan kabut pada mata keempat bapak. Kabut itu berakibat sama pada
masing-masing lelaki layaknya hembusan nafas pada permukaan cermin. Para lelaki
itu masih bisa melihat tapi tidak sejauh sebelumnya. Mereka tetap bisa
berpikir, tetapi kecerdasan mereka berkurang menjadi tingkat yang sederhana.
Kemudiaan
keempat bapak dan istri-istri mereka mempunyai anak. Anak-anak mereka
mempunyainya anak dan tak lama kemudian ada banyak manusia di muka bumi ini.
Di
sini, kemungkinan masyarakat kuno Azctec dan Maya awal telah berbudaya konsep
evolusi kehidupan jauh sebelum Charles Darwin memaparkan teorinya. Dan keempat
bapak ini, kemungkinan secara simbolis sebagai awal dari empat ras manusia di
zaman ini seperti ras kulit Hitam (Negroid),
kulit Kuning (Mongoloid), kulit Putih
(Kaukasoid), dan kulit Merah (Indian) yang juga terkadang sering digolongkan
ke ras Mongoloid dengan sedikit
banyak kemiripan pencirian klasifikasi ilmiahnya.
Pada
akhir kisah penciptaan manusia tadi jika dikaitkan dengan Kitab Kejadian pun
akan memiliki simbol artikulasi yang hampir sama. Di mana manusia akhirnya
diciptakan dari perpaduan muka bumi dengan juzuk (zat) pendukungnya, yaitu
unsur nabati. Dengan simbolis Broken Place sebagai bahan yang pas
untuk menumbuhkan kehidupan. Yang mana kehidupan itu harus terpanen begitu
cepat seumur jagung. Hingga sesungguhnya makna dari malapetaka mereka bisa
berputar pikir, melihat, berbicara, mendengar, dan bergerak seperti generasi
manusia kita saat ini adalah sama dari apa yang ingin disampaikan Kitab
Kejadian, bahwa semuanya masih terlalu dini... terlalu cepat untuk tahap itu.
Kemudian
pesan dan kesan lain pun akan di dapat, merujuk pada periodesasi penciptaan
dari kisah penciptaan ini dengan periodesasi Geologi, adanya awal kehidupan
pada Zaman Paleozoikum maupun pada
akhir zaman Es di mana adanya berbagai kemunculan dan kemusnahan dengan adanya
sistem kehidupan dominan yang terlalu
berlebihan dan merusak, sebagaimana juga pada Kitab Kejadian pada masa
Adam hingga Nuh. Dengan penekanan yang menonjol adalah konsepsi fisik dan
psikis.
Sementara
mitologi Mesir mengkisahkan proses penciptaan manusia dengan Knum (dewa
berkepala kambing) pada alat roda tembikar hebatnya memulai dengan membentuk
tulang-tulang dari tanah liat khusus. Ia membentuk kulit yang khusus dalam
bentuk ini: urat yang mengalirkan darah dan berbagai organ tubuh lainnya,
termasuk organ pencernaan, pernafasan, dan kemaluan. Ia memberi semua unsur
pada tubuh manusia pertama dan semua seluk-beluk yang dikenal pada tubuh
manusia sekarang. Meski bentuk fisik telah sempurna, mereka belum memiliki
semarak kehidupan, termasuk bergerak dan berpikir. Knum kemudian memberikan
nafas pada ciptaannya, menyerahkan sebagian kekuatan hidupnya kepada mereka; dengan
demikian ia telah menghidupkan mereka, ras manusia pertama.
Nah,
pada kalimat terakhir jelas menyiratkan pesan dan kesan bahwa sesungguhnya
‘fisik’ sempurna itu masih dalam konsep juzuk (zat) nabati, di mana ciri khas
kehidupan nabati saat itu memang belum memiliki huru-hara atau semarak
kehidupan seperti manusia sekarang ini. Pergerakan dan pola pikir manusia
kehidupan nabati belum seperti pola pikir hewani kita sekarang ini. Knum jika
dalam Kitab Kejadian tak lebih gambaran lain dari tokoh ‘Ular’ yang menggoda
Hawa untuk menyulap generasi manusia pertama Bumi saat itu berevolusi ke arah kehidupan hewani
dengan ciri khasnya yaitu; memiliki semarak kehidupan, bergerak dan berpikir
seperti kehidupan manusia sekarang ini.
Pada
mitologi Cina, penciptaan alam semesta
dan manusia juga berbeda penciptanya seperti pada mitologi Mesir. Jika pencipta
sang pencipta alam semestanya adalah Panku yang merupakan pria atau dewa,
sementara sang pencipta manusianya adalah seorang wanita atau dewi yang bernama
Nuwa. Dengan dikisahkannya Nuwa, seorang dewi, tidak sengaja tersandung pada
dunianya yang bergetar ketika sedang dalam perjalanannya. Bumi sedang
bersenandung penuh semangat. Nuwa heran dengan makhluk-makhluk menakjubkan yang
sangat banyak ini. Ke mana pun menatap, ia melihat makhluk yang lebih mengheran
dari sebelumnya. Ia meilihat tiap macam rambut dan sirip, bulu dan sisik,
tanduk, kuku, dan sengat. Makhluk-mahkluk yang tertatih, merayap, dan melata di
atas bumi. Ada yang melompat, berlari dengan cepat, dan berputar dalam laut.
Bunga-bunga yang harum seperti melati, bunga bakung dan narcissus, membungkus seluruh dunia dengan kehangatannya dan wangi
yang kuat.
Namun,
ketika ia menjelajahi ceruk dan pecahan, Nuwa merasa aneh dan tidak puas dengan
bumi yang mulai ia kenal ini. Sang dewi melihat bumi sebagai sesuatu yang
memikat, namun kosong. Nuwa merasa kesepian; ia duduk di pinggir sungai
merenung. Ia menatap bayangannya di air, dan tiba-tiba ia tahu apa yang kurang:
ia ingin bumi diisi dengan makluk yang dapat berpikir dan tertawa sepertinya.
Sungai
di depannya terulur dan ombaknya menampar pinggiran sungai. Air hijau yang
keruh meninggalkan tanah kuning yang kental di sekitar pinggiran sungai. Nuwa
merasakan tekstur yang licin itu dengan ujung-ujung jemarinya dan mencetak
sebuah bola dari tanah liat. Tanah dingin dan licin yang disimpan oleh sungai
sangatlah cocok untuk pekerjaannya, dan ia menggulung tanah liat yang basah itu
menjadi sebuah boneka, memberinya kepala, bahu, dan dada, dan tangan seperti
dirinya. Untuk tubuh bagian bawah boneka, ia ragu. Nuwa memutuskan memberinya
sisik dan kuku seperti cicak, atau sirip dan ekor seperti ikan. Kedua bentuk
ini sangat berguna, sejak sang dewi mengubah bentuk bagian bawah tubuhnya
sendiri secara bertahap agar bisa mengeliling lautan dan surga dengan cepat. Akhirnya,
ia memutuskan untuk memberikan kaki pada makhluk ciptaan barunya itu, sehingga
ia bisa berjalan di tanah dan mendayung di laut.
Dari
berbagai corak tanah kuning, Nuwa membuka boneka tinggi dan boneka pendek. Ia
membuat boneka kurus dan gemuk. Ia membuat boneka dengan rambut keriting dan
rambut lurus. Ia membuat boneka dengan mata yang sebulat dan selebar ceri,
beberapa yang lain dengan mata yang sepanjang dan sesipit sayap nyamuk. Ia
membuat beberapa boneka dengan mata gelap segelap langit tengah malam,
sedangkan bagian yang lain begitu terang
seperti madu cair. Masing-masing makhluk berbeda, sehingga sang dewi bisa
mengenali ciptaannya. Kemudian, ketika ia meniupkan nafas pada setiap
bonekanya, bonekanya membuka matanya untuk hidup, tertawa kecil, dan juga
meloncat.
Nuwa
sangat gembira dengan hasil pekerjaan tangannya hingga ia ingin membuat lebih
banyak lagi. Tapi ia butuh cara yang lebih cepat. Di sepanjang pinggiran
sungai, alang-alang yang ramping melengkungkan batangnya yang anggun di atas
air. Nuwa menggulung lengan bajunya, memotong alang-alang itu, lalu
mencelupkannya ke dalam lumpur sungai seperti sebuah sendok. Dengan lincah, ia
mengibaskan pergelangan tangannya dan menjatuhkan gumpalan lumpur di tanah.
Ketika lumpur itu kering, ia meniupkan udara yang sangat banyak pada tiap-tiap
gumpalan, dan seketika gumpalan-gumpalan itu menjadi makhluk yang bulat dan
bisa tersenyum. Tawa ceria dari makluk ciptaannya mengisi benak sang dewi
dengan kebahagiaan dan rasa bangga.
Namun
Nuwa lelah. Meskipun ia sangat mencintai ciptaannya, ia sadar jika ia tidak
bisa mengawasi manusia setiap saat. Apa yang akan terjadi pada makhluk ini jika
mereka tumbuh menjadi tua dan mati? Nuwa tidak ingin memperbaiki lagi, namun ia
juga tidak ingin mengulangi membuat manusia-manusia yang baru. Ia berpikir dan
berpikir. Bagaimana makhluk ini bisa berkembang biak tanpanya?
Dengan
sebuah simpul dan colekan, Nuwa menjadikan beberapa tanah liat itu laki-laki
dan perempuan, kemudian mengangkat makhluk-makhluk yang tergelincir dan jatuh
ke lumpur. Di tengah keributan, ia memberikan perintah yang paling penting.
Ketika Nuwa bicara, keributan berhenti dan berubah menjadi keheningan.
Manusia-manusia mendengarkan dengan khidmat pada kata-kata Nuwa. Nuwa berbicara
tentang pentingnya pernikahan dan kewajiban pasangan pada masing-masing
pasangannya. Nuwa mengajari mereka cara membuat anak dan menjaganya. Ia
berharap mereka bisa hidup lama dan bahagia di bumi. Ketika sang dewi pergi, ia
menunjukkan harapan yang sangat agar mereka bisa membuat manusia-manusia baru dan
hidup bahagia tanpanya. Kemudian Nuwa naik ke langit, duduk di kereta yang
berderap yang ditarip enam naga bersayap.
Hingga
hari ini, manusia melanjutkan untuk menikah dan memiliki anak-anak yang
mencerahkan dunia dengan tawa dan bahagia mereka, seperti boneka lumpur yang
menari di hari-hari Nuwa.
Jika
diamati, kesamaan final dari ketiga mitologi (Cina, Mesir, Aztec dan Maya)
antara lain pada penggunaan unsur tanah sebagai konsep cikal-bakal bahan untuk
proses penciptaan manusia. Dan dari kesamaan unik ini juga sejalan dengan Kitab
Kejadian, yang kemungkinan besar keempat asal penceritaan ini pernah hidup
berdampingan di tempat yang sama sebelumnya, yaitu Atlantis. Di mana wilayah
konkret Atlantis sesungguhya masih menjadi perdebatan antara di lautan Atlantik,
kepulauan Yunani di laut tengah, dan kepulauan Nusantara di Indonesia. Ini tak
lain pun dampak dari efek pemahaman keempat kisah tersohor asal mula tersebut
(Cina, Aztec dan Maya, serta Mesir dan Ibrani dalam genre Oriental Kuno).
Dengan para filsuf Yunani mendapat kisah dari para pendeta Mesir bahwa
sesungguhnya pelestarian mitos mereka itu mengingat pada nenek moyang mereka
yang awal berasal dari timur dan dari yang menyelamatkan diri hijrah ke wilayah
yang mereka tempati sekarang (Mesir).
Ini
pun akhirnya ada menjadikan pula para filsuf dan pendeta Yunani membangun
beberapa mitologi dan inspirasi perabadan dewa-dewi mereka sesuai ‘kode etik’
dari Mesir. Di mana ada yang unik terkait catatan bersandi tentang evolusi,
salah satunya pada kisah Poseidon dan Cleito. Serta adanya dugaan bahwa para
cendekiawan Yunani ini juga terilhami akan adanya berbagai diaspora
penyelamatan air bah selain nenek moyang bangsa Mesir yang menuju ke barat.
Dengan ketika Jason dan rombongannya (antara lain termasuk Hercules dan
Theseus) berangkat naik Argos yang
terbukti bahwa itu adalah kesenangan terakhir dari orang-orang setengah dewa dan para
pahlawan dan mereka bergerak ke arah timur. Ini seperti penuturan dari suku
Aztec yang menyatakan bahwa mereka berasal dari Aztlan yang tenggelam dan
berlayar ke arah timur.
Pada
Kitab Kejadian, selain menjelaskan dalam proses kemunculan manusia secara
urutan hari penciptaan bumi beserta isinya pada Pasal 1 ayat 26-29, juga ada
rincian lain dalam Kitab Kejadian 2 : 5-7 yang diterangkan sebagai berikut:
Ketika TUHAN Allah menjadikan
bumi dan langit, belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan
apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum
ada orang untuk mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi
dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. ketika itulah TUHAN membentuk manusia
itu dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya;
demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
Nah,
sepertinya saya pun agak terkecoh selama ini. Dari mendapat mata pelajaran di
sekolah maupun membaca kembali di Alkitab, yang kini saya menangkap arti lain
yang secara simbolis memang dijabarkan pada ayat-ayat berikutnya di bab Manusia
dan taman Eden (Kejadian 2 : 8-25) di mana Adam memang diciptakan lebih dulu
dari Hawa. Akan tetapi selama ini rata-rata pehamanan umum yang didapat adalah bahwa
Adam dan Hawa diciptakan pada hari yang sama hanya selisih waktu pagi dan
petang pada hari itu juga saat setelah diciptakan, Adam langsung ditempatkan di
Taman Eden di waktu yang sama. Itu pulalah yang juga saya dapat saat mengajukan
pertanyaan di pelajaran agama sewaktu sekolah dasar dan sedang mendapat materi
pembahasan hal itu, bahwa Adam dan Hawa diciptakan pada hari yang sama hanya
beda waktu; pagi untuk Adam, dan malamnya saat Adam tertidur, Hawa pun
diciptakan. Dan mungkin juga ada alasan lain pada masa seumuran tingkat sekolah
dasar awal memang hanya diterapkan pada pehamanan seperti itu saja. Apalagi materi ini memang terkesan tabu juga
menjadi pembahasan yang cukup riuh terkait sisi biologis ketelanjangannya yang
tentunya jelas pertanyaan-pertanyaan sering diramaikan di situ. Dan kemudian
petunjuk pembuktian itu memang di arahkan kembali kepada Kejadian Pasal 1 ayat
26-29 itu tadi. Dan jika dikoreksi kembali ayat tersebut pada Kejadian 2 : 8-25, jelas akan ditemukan keanehannya jika
anda mengamati pada prosesi dan keadaan alamnya saat itu. Dan mungkin juga ada
alasan lain pada masa seumuran tingkat sekolah dasar awal memang hanya
diterapkan pada pehamanan seperti itu saja.
Dan
dengan akhir-akhir ini saya membaca beberapa dokumentasi sejarah, saya
sedikitnya menemukan petunjuk lain untuk hal itu. Dan akhirnya memang dianalisa
kembali adalah ‘waktu’ memang sering menjadi pengecoh dalam sejarah yang tak
khayal sering menimbulkan perdebatan para ilmuwan berargumentasi. Karena
sesungguhnya jangka waktu penciptaan Adam dan Hawa tidak sedekat itu antara
pagi dan petang pada hari yang sama. Akan tetapi pada hari yang sama dengan waktu
yang berjarak satu minggu hari Ketuhanan, dengan berarti Adam diciptakan pada
hari keenam minggu pertama dan Hawa diciptakan pada hari keenam minggu
keduanya. Jika dianalogi kembali pada perkiraan waktu hari Tuhan dan manusia
dengan 1 hari Ketuhanan bersamaan sekitar ± 8,5 milyar tahun manusia, berarti
sesungguhnya perbedaan waktu Adam dan Hawa tercipta adalah sekitar ± 59,6
milyar tahun manusia. Hal ini juga saya ilhami dari penuturan pada Kitab Ibrani
kuno lainnya yaitu Kitab Yobel pada pasal 3, dengan lebih jelas merincikan
perbedaan saat kemunculan Adam dan Hawa.
Dan ketertinggalan pemahaman inilah yang
menginspirasi beberapa tokoh-tokoh tercerahkan di masa lampau untuk menampilkan
secara simbolis ilham makna-makna yang hilang tersebut seperti pada
lukisan-lukisan karya Leonardo Da Vinci, di mana novelis Dan Brown pun
terinsipirasi pada karya-karya Leonardo untuk membuat karyanya yang berjudul “The Lost Symbol”. Dengan hal ini,
berarti persepsi akan didapatkan lebih jauh dari pemahaman yang sering
didapatkan pada mata pelajaran di sekolah. Karena Adam memiliki sisi lain yang
tidak sekedar bersama Hawa di Taman Eden kemudian mereka terusir. Maka, dengan
jarak waktu satu minggu Ketuhanan sebelum Hawa diciptakan, apakah yang menjadi
keberadaan Adam saat itu?
Kita
awali dengan suatu gambaran perubahan dari sebuah kosmos mineral murni ke
kosmos yang berkembang dengan kehidupan tumbuhan. Pada bentuk paling awal dan
paling primitif dari kehidupan tumbuhan menurut tradisi Misteri, satu kuman
bergabung bersama dalam susunan yang mengambang luas seperti jaring yang
mengisi seluruh alam semesta. Awal dari sel-sel menjadi suatu jaringan seperti
yang sekarang kita dapati seperti pada DNA.
Dalam
tafsiran Vedas, kitab suci India,
tahapan penciptaan ini dijelaskan sebagai “jaringan indra”, sebuah jaringan
cahaya yang tak terbatas, benang kehidupan, saling menjalin terus-menerus,
datang bersama-sama, seperti gelombang cahaya, kemudian menghilang kembali.
Waktu pun berlalu, dan beberapa benang itu mulai saling menjalin secara tetap,
cahaya mengalir terbelah membentuk seperti pohon. Sebuah kesan khayalan yang
timbul mungkin seperti yang bisa dimengerti saat mengingat sesuatu apa adanya.
Tumbuhan bersulur menjalar di mana-mana. Di sini ada kabut lembap dan kehijauan
yang cerah bercahaya. Jika anda bisa mendarat di tengah-tengah semua ini dan
jika anda duduk di atas salah satu cabang hijau besar yang anda duduki
tiba-tiba berputar, anda akan mempunyai sebuah pengalaman seperti seorang
pahlawan dalam sebuah yang duduk di atas batu bergerak dan berubah menjadi
raksasa. Karena tumbuhan sayuran yang luas dan menjadi jantung kosmos, dengan
kaki tangan lembut menjulur ke empat sudutnya, adalah Adam.
Inilah
adalah Eden. Karena belum ada bagian binatang untuk kosmos, Adam tanpa gairah
dan tanpa kepedulian atau ketidakpuasan. Kebutuhan dipuaskan bahkan sebelum
mereka merasakan. Adam hidup di dunia bermusim semi tanpa akhir. Alam
menghasilkan pasokan tanpa akhir dalam bentuk getah seperti susu, sama dengan
apa yang kita temukan dalam dandelion sekarang. Semakin rumit, lebih mirip
dengan tumbuhan sekarang ini. Jika anda bisa melihat masa ini dalam sejarah
kosmos dengan mata fisik, anda akan terkejut karena bunga-bunga yang bergetar
dan melambai dalam jumlah yang tak terhitung. Seperti para ribuan suporter
memadati tribun stadion lapangan sepak bola. Adam merentang hingga ke
sudut-sudut kosmos, Adam benar-benar menguasai seluruh kosmos.
Berarti
kita baru saja melihat, misalnya, bagaimana tahapan mineral keberadaan yang
murni telah diikuti oleh tahapan tumbuhan yang primitif, diikuti lagi dengan
sebuah zaman tumbuhan yang lebih rumit. Sebagaimana secara simbolis penulis
Alkitab memaparkan kembali secara terpisah maksud dari penciptaan awal manusia
pertama kali yang sesungguhnya pada Kitab Kejadian 2: 5-7. Di mana TUHAN Allah
yang membentuk manusia dari debu tanah seperti saat menggunakan suatu cara yang dalam
ilmu pertanian modern dengan apa yang sekarang dinamakan dengan sistem tanam
“cangkok”. Di mana dalam berbagai kisah sastra pun ada yang terilhami hal
tersebut dengan menciptakan karakter tokoh “manusia cangkok”. Seperti pada
kisah manga Jepang, “Dragon Ball” karya Akira Toriyama (buku
ke-18 terbitan Elex Media Komputindo), atau pada serial anime TV-nya di mana tokoh Songohan, Pikkoro dan yang lainnya saat menghadapi
bangsa Saiya yang membawa pasukan yang cukup unik. Dari sebuah wadah seperti
toples, bangsa Saiya menanamkan benih-benih yang disemai ke dalam tanah Bumi
untuk kemudian munculah para “manusia cangkok” menjadi pasukan mereka.
Kemudian
untuk perkembangbiakannya, jika dalam ilmu pengetahuan modern bisa anda
dapatkan pada Amuba atau Guntai. Secara biologis, Amuba adalah jenis kehidupan
yang bisa membelah diri dan menyatu. Kalau terpecah-belah, Amuba akan menjadi
seperti guguran dedaunan atau hujan salju. Sedangkan kalau berkumpul dapat
menjadi bermacam-macam bentuk. Keunikan lain akan proses ini pun bisa
perhatikan juga pada misalnya, Ubur-Ubur. Semasa kecilnya, Ubur-Ubur yang masih
kecil akan bergabung seperti jembatan, menara, atau gedung bertingkat
menjulang, kemudian setelah dewasa mereka mulai melepaskan diri. Demikan juga
dengan karang dan serangga-serangga yang saling menempel membentuk makhluk
besar.
Di
sadari atau tidak, saat kita belajar di taman kanak-kanak maupun sekolah dasar
awal, bahkan dalam pendidikan tingkat lanjut, seperti berhubungan dengan grafis
kita juga mendapati proses Guntai itu. Sebagai contoh saat kita diberi tugas
oleh pengajar untuk menghubungkan titik-titik menjadi garis penjelas yang
akhirnya menjadi gambaran wujudnya saat berkenalan dengan berbagai hal
tentang hewan, manusia, ataupun tanaman.
Begitu pula dalam desain grafis dalam suatu perwujudan transparatif dengan
mengkombinasikan gambaran pada konstelasi titik-titik yang saling membentuk.
Perbedaan
vital dari tahap awal manusia di mana
akhirnya berkembang menjadi kehidupan melalui tumbuhan dengan keadaan tubuh
kita sekarang ini, jika kita menghapus sistem parasimpatik. Dengan menghapus
sistem saraf simpatik dari tubuh dan mendirikannya sendiri, tubuh itu akan
seperti pohon. Seperti yang dikatakan oleh penyembuh homoepati yang terkenal
dari Inggris dengan frasanya: “Sistem saraf simpatik (penuh belas kasihan)
adalah pemberian dari kerajaan nabati kepada raga fisik manusia.”
Dan
di sini manusia awal belum berkelamin, sebagaimana pesan ini pun tersimbolis
dalam seni beberapa pahatan-pahatan dan lukisan-lukisan kuno, seperti patung
Dionysus di Yunani. Selain itu seperti dalam mitologi Cina dan Mesir
tersiratkan pada kisah Nuwa dan Knum tadi, kelamin adalah bagian terakhir dari penciptaan
manusia. Dan dalam teosofis agama pun
sesungguhnya memberi pesan ataupun kesan akan hal itu, sebagaimana frasa
“manusia adalah gambaran citra-Nya” dalam paham Yahudi dan Nasrani dalam Kitab Kejadian 1: 26-27. Untuk
‘citra’ itu sendiri dalam agama Islam selain pada Surah Al-Ikhlas, juga tersimbolis pada penulisan lainnya dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“(Dia)
pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syu’ara’ 42: 11)
Kemudian
hal ini kita sepahamkan dengan urutan proses dalam Kitab Kejadian, di mana
perwujudan jenis tumbuh-tumbuhan lebih dulu diadakan sebelum jenis
binatang-binatang. Dan dari situlah jenis manusia awal seperti Adam
diregenerasi perkembangbiakan jalan kehidupannya, dari jenis kehidupan nabati ke kehidupan
hewani. Dan saat Adam ditugaskan menamai dan memilah jenis kehidupan tetumbuhan
dan hewan itu dalam betina dan jantan untuk saling berdamping itulah Adam
merasakan perkembangan pikirannya mendapati hal itu, dan Sang Pencipta pun Maha
Mendengar dan Melihat dengan kemudian menciptakan Hawa sebagai pasangan
untuknya, sebagaimana tertulis dalam pasal 2 ayat 18 pada Kitab Kejadian, pasal
1 ayat 3 pada Kitab Yashar, dan pasal 3
ayat 4 pada Kitab Yobel. Dengan catatan, saat itu Adam pun sedang menjalani
kehidupan dengan cara seperti pada tumbuhan partenogenesis. Dengan kehadiran
Hawa yang menjadi pasangannya itu nantinya akan ada takdir yang menariknya pada
kehidupan yang lain. Yaitu tranformasi untuk sampai pada kehidupan generasi
manusia seperti kita saat ini. Dan Asy-Syu’ara’
42: 11 sebagai kesimpulan arah pemahamannya.
Pusat
komponen nabati yang hebat dari tubuh manusia saat makan seperti
berfotosintesis. Tubuh itu makan dari gelombang cahaya dan kehangatan pancaran
matahari, adalah cakra pleksur solar atau yang disebut “solar” karena ia
terbentuk di sini, pada zaman yang dikendalikan matahari di mana kekuatan
darinya mengalir dan mengisi kehidupan nabati yang dipahami dapat menggerakkan
tubuh. Fakta bahwa aliran tenaga itu tidak bisa dikenali oleh ilmu pengetahuan
materialis modern, dan bahwa hal itu tampak bekerja dalam alam yang sulit
dipahami antara roh manusia dan daging dari tubuh hewani kita saat ini. Namun
dalam budaya Cina, jaringan tenaga yang lembut itu dilestarikan dengan nama Chi dan pada budaya India di sebut
sebagai “Virya”. Pada budaya Kejawen seperti
dengan mendapati suatu “Galih”. Dengan
di sini kesadaran manusia adalah kesadaran Nabati, yang pada budaya ilmu
pengetahuan Teologi modern sekarang di artikulasi sebagai kesadaran Jiwa.
Dan
daya khayal besar yang tersembunyi dari Kitab Kejadian, kita lihat bahwa tubuh
Adam pada awalnya sangat lembut dan tidak berbentuk, kulitnya hampir selembut
kulit atau kerak lumut tipis di atas kolam atau juga seperti Ubur-Ubur, tetapi
sekarang mulai mengeras seperti pada transparasi udang yang masih terlihat
tipis tapi kulitnya menebal. Seperti
yang dituliskan tokoh mistik Kristen dan Rosikrusian, filsuf Jacob Boehme, ia
menulisnya dalam “Mysterium Magnum” yang
mengomentari Kitab Kejadian, “apa yang akhirnya menjadi tulang, sekarang
mengeras, dan menjadi sesuatu yang lebih dekat dengan lilin.” Hangat karena
matahari, kaki dan tangannya yang hijau juga mulai kemerahan. Hal ini juga tercatat dalam karya orang-orang
Mandrake dalam ukiran abad ke-19. Akar-akar Mandrake selalu memainkan sebuah
bagian penting dalam ajaran esoteris karena bentuk tubuh mereka sering tampak
mewakili tumbuhan yang berjuang untuk berbentuk manusia. Adapula ilustrasi dari Hypnerotomachia yang mana memungkinkan
anda menangkap sebuah gema atas penafsiran dari kehidupan nabati menjadi
kehidupan hewani, sebagaimana ada sejarah rahasia mengajarkan berbagai ritual
tentang hal-hal seperti ini.
Ketika
Adam mengeras, tubuhnya juga mulai terbagi menjadi dua, itu artinya ia seorang
Hermafrodit yang memperbanyak diri dengan cara aseksual (tanpa hubungan seks).
Jika dalam ilmu Biologi modern ini ada pada salah satu metode perkembangbiakan
tumbuhan dengan cara membelah diri, seperti pada tumbuhan Partenogenesis. Ketika
didesak, setiap sarjana alkitabiah Ibrani akan mengakui bahwa Kejadian 1: 27,
bagian itu biasanya diterjemahkan; “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka”. Dibaca dengan tepat “laki-laki dan perempuan mereka (yakni TUHAN
Allah) menciptakannya (tunggal)”.
Jadi,
dengan metode reproduksi yang seperti tumbuhan inilah Hawa dilahirkan dari
tubuh Adam, di bentuk dari tulang rawan seperti lilin tadi yang menjadi tulang
Adam. Keturunan Adam dan Hawa juga dilahirkan secara aseksual yang dilakukan di
luar taman Eden, yang ini adalah sebelum
mereka di usir dari taman Eden dan kemudian melahirkan Kain dan
saudara-saudaranya.
Aseksual
ini diciptakan dengan menggunakan bunyi dengan cara analog hingga kegiatan
kreatif Dunia. Hal sejarah ini juga berhubungan dengan ajaran Freemason ke
“Dunia yang pernah hilang”, kepercayaan esoteris yang menyebutkan bahwa pada
masa depan yang jauh, akan mungkin menghamili hanya menggunakan bunyi suara
manusia.
Adam
dan Hawa dan keturunannya tidak mati, tetapi sesekali mereka hanya tidur untuk
menyegarkan diri. Ini mungkin seperti pada bunga Matahari di malam hari atau
tumbuhan Putri Malu yang menyusut pada saat tersentuh atau pada suhu yang
ekstrem. Namun keadaan makan lotus di taman Eden tidak bisa selamanya begitu. Jika
demikian, manusia tidak akan berkembang di luar keadaan nabati. Di sinilah
nantinya akan ada suatu takdir perubahan yang diinginkan pasukan Elektron dari
Lucifer mengambil peranan manusia. Benarkah sesungguhnya tujuan-nya adalah
untuk memisahkan Dewa Matahari dari bumi untuk sementara?
Akan
tetapi, tentu saja kemungkinan tidak ada artefak yang selamat untuk dari zaman
proto-manusia hidup dalam bentuk tumbuhan ini, tetapi setidaknya ada catatan
yang bisa dipercaya untuk artefak-artefak semacam itu. Seperti yang didapati
oleh Herodotus, penulis Yunani yang juga sering disebut “Bapak Sejarah” ini
mendapati sesuatu yang aneh. Ia mengunjungi Memphis di Mesir, dengan mendapati
patung-patung kayu aneh berjajar-jajar banyak sekali di suatu ruang bawah tanah
yang luas. Sang Pendeta Mesir itu mengatakan bahwa, “Mereka masing-masing
dilahirkan dari yang lainnya.” Dan itu adalah makhluk-makhluk yang memerintah
sebelum Menes, raja manusia pertama mereka. Dengan memungkinkan bahwa maksudnya
adalah mereka lahir tanpa memerlukan pasangan seksual, dengan acara aseksual seperti
tumbuhan partenogenesis (Amuba atau Guntai).
Dan
pergeseran pada apa yang lebih kita alami saat ini sebagai kelahiran secara
seksual adalah apa yang disimboliskan Kitab Kejadian 3: 1-24 pada sub bahasan
“Manusia jatuh ke dalam dosa”. Sebagaimana saat kita makan buah yang masih
mentah dengan yang sudah masak rasanya akan berbeda saat indera pengecap kita
menjalarinya. Ya, inilah kemunculan perlawanan dari pikiran kosmos yang
memberontak dari kehendak Sang Pencipta pada siklus kehidupan bumi saat itu. Dengan
sosok itu menyamar pada ular untuk mendekati Hawa. Di mana sering digambarkan ular itu mendekati
Hawa dengan menggelantung pada dahan atau ranting pohon yang dililitnya,
seperti pada karya Massolino dan ukiran pada zaman Renaisans karya Jacob Rueff,
serta berbagai karya seni lainnya. Selain perwujudan hewannya adalah Ular,
untuk pohon terlarangnya sering digambarkan dengan pohon Apel. Dan dari sumber
gambaran sesungguhnya yaitu Henokh, karena Henokh-lah yang diberi tahu hal itu
oleh malaikat kudus Rufael saat melihat-lihat seluruh Bumi. Dalam catatannya (
Henokh 32: 1-6), dijelaskan bahwa pohonnya seperti carob dan buahnya seperti
anggur serta jika diamati pohon itu memang sangat indah dan memikat dengan
mengeluarkan aroma yang menyebar jauh. Sekiranya dari semua itu, maksud dari
penggambaran itu tetap bisa didapatkan kesamaannya. Dan Musa adalah sesudahnya
yang kemudian menyusunnya dalam salah satu catatannya yang dikenal sebagai
Kitab Kejadian dan tergabung dalam “Pentateukh”.
Dengan kata lain, Henokh adalah penulis kisah penciptaan sebelum air bah dari
masa perabadan Atlantis di jazirah Nusantara, sedangkan Musa adalah penulis
kisah penciptaan sesudah air bah dari masa perabadan Mesir di jazirah Timur
Tengah.
Dalam
pesan dan kesan yang didapat dalam drama penggodaan ular pada Hawa adalah awal
dari masa transisi kehidupan nabati menuju kehidupan hewani. Dengan pengertian
anda ditujukan pada apa yang disimboliskan itu adalah serangkaian kejadian yang
memperlihatkan kehidupan di bumi yang bergerak ke tahap berikutnya dengan susah
payah karena evolusi. Karena pada saat itu, Adam dan Hawa masih pada proses
hakiki yang mereka peroleh saat itu adalah kehidupan nabati, dan buah itu
bukanlah makanan mereka yang seharusnya. Ibarat kata pepatah, “ masa jeruk
makan jeruk?”... transformasi kehidupan mereka yang masih dalam jalan
pencanangan Allah pun menjadikan apa yang diinginkan pengaruh buruk ‘Ular’ itu
mengikat mereka dalam keinginannya. Dan ibarat,”buah yang dipetik sebelum
masanya”... sang ‘Ular’ yang cerdik itu pun memaksa secara halus memanen mereka
dalam keranjang buaiannya. Sekalipun adalah istilah Jawa yaitu “ngimbuh” di mana mematangkan buah yang
jatuh dari pohonnya sebelum matang maupun yang sengaja dipetik dahulu untuk
disimpan dan tidak termatangkan dari pohonnya, pada hasil kuantitas (fisik) dan
kualitas (psikis) jelas akan sangat berbeda kenikmatannya bukan?
Dan
dari buahnya, sekalipun dalam apel maupun anggur, mereka tetap memiliki
artikulasi yang sama. Dengan warna merah buah Anggur dan Apel menandakan hikmah kehidupan
baru yang dialiri dengan darah untuk berselubung bersama dengan daging dan bijinya (juga
sebagai simbol perbintangan Venus) sebagai gambaran organ-organ vital di dalam
kombinasi nabati dan material yang bersifat hewani mengeras dan memadat, namun
masih ada sisi lunaknya. Dan ini adalah era dengan apa yang digambarkan seorang
ahli botani Swedia bernama Carl von Linne atau Linneaeus (1707-1778). Linneaus
berusaha mengejutkan rekan-rekan sejawatnya melalui penekanannya pada “seks
perbungaan”. Ia menggambarkan kelopak-kelopak pada bunga sebagai sebuah
‘ranjang pelaminan’ yang berbau harum, yang merupakan tempat pengantin pria dan
wanita dapat ‘merayakan upacara perkawinan’. Maka, evolusi kehidupan manusia
menjadi ‘masyarakat bunga’ pun dimulai. Dengan keanekaragaman yang mulai
bergeser dan ilmu pengetahuan modern
mengelompokkan hal ini dalam spesies, baik yang sejenis maupun tidak. Dan
klasifikasi yang bejibun adalah hasilnya....
Kitab
Kejadian tidak memandang evolusi secara objektif seperti seorang ilmuwan modern
masa kini dengan merangkai potongan-potongan bukti-bukti geologi, antropologi,
dan arkeologi yang diteliti secara tidak memihak dan objektif. Kisah dalam
Kitab Kejadian itu adalah sebuah catatan subjektif tentang cara manusia
berubah, seperti apa rasanya. Dengan kata lain, kisah tentang Ular penggoda itu
yang membelit pohon adalah sebuah
gambaran dari formasi tulang belakang dan pusat saraf sistem sifat hewani
seperti yang telah dikuasai dalam bawah sadar kolektif manusia. Kisah itu
berisi gambaran kemungkinan yang paling jelas tentang perubahan bumi dari
kehidupan nabati ke kehidupan hewani. Inilah titik balik besar, bagaimana
materi telah mempersiapkan dasar tempat kehidupan nabati bisa dilahirkan.
Sekarang kehidupan nabati seperti adanya dibentuk menjadi sebuah tempat lahir
yang bisa dijadikan tempat lahir kehidupan hewani. Dengan kata lain, kehidupan
nabati membentuk sebuah kebun benih yang dijatuhi benih kehidupan hewani. Maka,
kehidupan terkontraksi menjadi tumpang-tindih dan rantai makanan yang baru pun
terbentuk dari efek semua ini. perkembangbiakan pun perlahan menjadi evolusi
dari kehidupan hewani.
Siraman
kosmos ini menjadikan bumi bagai tunas-tunas yang layu sebelum berkembang. Ini
adalah awal dari penting dalam sejarah yang disebut Gugur. Di mana sebelumnya,
mereka berada dalam sentuhan cara reproduksi tumbuhan dengan sebuah cara yang
di sebut partenogenesis. Dengan bagian dari tumbuhan itu jatuh dan tumbuh
menjadi sebuah tumbuhan baru. Tumbuhan baru itu merupakan penerus dari yang
lama sehingga dalam beberapa hal tidak mati. Dengan akhirnya ditranformasi
secara tiba-tiba untuk menjadi evolusi dari kehidupan hewani dan cara khas dari
reproduksi (seks) membawa kematian bersamanya. Secepat kelaparan dan gairah,
secepat itu pula ketidakpuasan, kekecewaan, kesedihan, dan ketakutan dirasakan
sampai generasi kita saat ini.
Proses
3
Sejarah
pun mulai drastis bergerak ke arah jungkir-balik peranan hakiki Bumi.
Sebagaimana pihak ketiga yang memberontak mulai menebar pengaruhnya di Bumi,
menerobos paksa bagai Elang yang menukik ke bawah menyambar mangsanya. Di mana
sebelumnya Elang itu berancang-ancang berputar menantikan momentumnya untuk
meninggalkan dunia atasnya, seperti pada suatu frasa dalam Kitab Yesaya 14: 12
yang berbunyi:
“Wah, engkau sudah jatuh dari
langit, Oh Lucifer putra sang fajar.”
(Yesaya 14: 12)
Ya,
inilah bintang pagi pujaan para pengamat langit hingga saat ini. Yang mana
dalam Yunani-Romawi disebut Venus dan dalam mitologi Yunani disebut Aprhodite,
sedangkan dalam tradisi Yudea-Nasrani disebut Lucifer. Indonesia pun tak
ketinggalan, dengan Bintang Kejoranya. Sekalipun nampak kontra dalam arahan
literasinya, namun pada kenyataannya ada persamaan penting yang berkaitan,
yaitu nafsu dan seksualitas hewani.
Sekalipun
sosok penokohan masih terkesan ambigu, mereka adalah gambaran penting dari
campur tangan kosmos yang membawa kita keluar dari kehidupan sebelumnya menjadi
kehidupan saat ini. Dengan sebagai akibat dari itu, kita dalam arah ‘baik’
untuk bisa bergerak di permukaan planet ini dalam artian bergerak karena
kehendak. Sebab, hewan memiliki kesadaran akan dirinya sebagai sebuah entitas
berbeda yang tidak memiliki tumbuhan, yaitu bentuk kesadaran akan akal dan
naluri yang berkembang dalam pikiran. Dengan Kitab Kejadian menerangkan bahwa
Adam dan Hawa akhirnya ‘tahu’ bahwa mereka memiliki tubuh yang lebih materialis
dengan menyadari kebugilan mereka hingga mengawali pertumbuhan rasa ‘malu’
dengan perubahan wujud yang tiba-tiba diiringi nafsu seks hewani yang merasuki
mereka. Naas keterasingan dari hakiki yang belum seharusnya pun bergumul dalam
indikasi perubahan keterlanjuran yang saling berkontraksi menutupi jalan
Ilahiah....
Tak
sampai di situ, keturunan manusia akan selalu menjadi kesempatan mangsa
penghancuran. Kain pun mengawali kendali yang empuk para pengarah kehidupan
daging dalam memainkan ‘rasa baru’, yaitu emosi. Pembunuhan pertama antara
manusia dimulai darinya dengan membunuh Habel, saudara dan sebagai adiknya
sendiri. Bukan saja manusia, seluruh alam semesta mengalami pergolakan yang dahsyat.
Antar sesama hewan juga sesama tumbuhan pun juga menjadi saling membunuh dengan
para predator dan para parasitnya. Berbagai wujud materil terus berevolusi
menjadi sangat ironi dan mengerikan. Bumi sudah dalam genggaman ambisi
materialis kosmos. Dan dari keturunan Kain serta para manusia primitif
lainnyalah kemungkinan awal sebagaian besar para makhluk-mahkluk suci lainnya
pun tergiur pada sosok-sosok manusia yang sudah menjadi semakin nyata dengan
wujud materi hewani yang absolut. Bahkan pengaruh para pelopor pun semakin
memperbanyak pasukan pengacau kembali membuat perubahan drastis pada bumi.
Keturunan Adam dari generasi Set yang ke-enam bernama Yared pun bergolaklah,
200 malaikat penjaga nekad memberontak turun ke bumi. Dan ini pula yang
disimboliskan dalam beberapa karya seni dan sastra sebagai makhluk luar angkasa
atau alien yang menyerang untuk menguasai dan menghancurkan bumi.
Ekosistem
kehidupan bumi kembali diguncang para makhluk-makhluk halus (malaikat) yang
kasmaran mendekati para anak-anak pribumi, anak-anak manusia pada perempuan
yang cantik-cantik.
Di
sinilah dalam berbagai mitos menyimpan legenda perabadan itu dalam macam-macam
versi. Dengan pada mitologi Yunani disebut sebagai masa para manusia setengah
dewa, hasil dari masa para dewa-dewa yang mencintai perempuan manusia bumi yang
bergolak di masa Yared dalam catatan Ibrani kuno. Dan dalam mitologi Yunani
sendiri dikisahkan dari berbagai hasrat asmara para dewa-dewa Olympus kepada
manusia, seperti Zeus dengan Ioana atau Europa, Poseidon dan Cleito, dan Appolo
dengan Dafne. Hingga kemudian muncul masa manusia setengah dewa mereka dan para
pahlawan, di mana juga dari perkawinan silang dan terlarang itu melahirkan para
raksasa dan monster-monster yang sekarang digambarkan dalam dunia seni hiburan
modern untuk pemikiran modern sekarag hanya sebagai sebagai takhyul atau
khayalan. Namun pada kenyataannya penelitian modern sekarang, masih bisa
ditemukan jejak-jejak perabadan raksasa tersebut bukan?
Di
Indonesia sendiri tersembunyi dalam mitos-mitos cerita rakyatnya, seperti pada
kisah terjadinya Danau Toba, Nyi Roro Kidul, dan berbagai cerita-cerita lain
yang kental akan nuansa mistisnya. Dan sekarang, tempat asal dan keberangkatan
bahtera Nuh pun mulai terkuak dari berbagai penemuan di Indonesia. Dengan inti
kesemuanya akan menuju pada selubung perabadan Atlantis sesungguhnya. Benarkah
Nuh lahir di zaman Atlantis? Lalu bagaimana dengan kontra usut lokasi Atlantis?
Di
Mesir ada berbagai versi yang mengacu pada zaman erotisme manusia setengah
dewa, seperti dalam hikayat “Putri dan Iblis” yang mana kewaktuan mitosnya
disamarkan oleh para pendeta Mesir dan malah disamakan pada masa Ramses II. Dalam
catatan sejarah yang lain, Firaun yang bergelar Ramses II ini adalah Raja Mesir
yang pernah dibesarkan bersama Musa di lingkungan kerajaan. Semua menjadi
berubah setelah Musa diketahui asal-usulnya yang asli, hingga akhirnya mereka
saling berselisih karena Musa mendapat petunjuk Ilahi untuk membebaskan
bangsanya (Israel) dari perbudakan Ramses II di Mesir yang berkisar antara ±
1.300 BCE (Sebelum Masehi).
Secara
garis besar, kisah ini menceritakan Fira’un saat itu sebagai raja Mesir yang
untuk memperkuat kedudukan banyak mengambil selir dari berbagai wilayah
taklukannya untuk menjalin persatuan. Di sinilah kiranya, bahwa kehidupan
materil sudah mulai memberi pengaruh secara hewaniah. Di mana nafsu dan ambisi
sudah mulai semakin menguasai manusia dalam menjalani kehidupan. Salah satunya
juga pada babak drama di mana putri raja Bahktan yang memikat Ramses dengan
kemudian dijadikan istri utamanya. Namun suatu ketika, saudari putri raja
Bahktan itu mengalami sakit parah. Diketahui bahwa sakitnya karena dipengaruhi
kekuatan besar, yaitu jin atau roh pengganggu. kekuatan manusia biasa tak bisa
menandinginya, hingga pendeta menyarankan Ramses untuk memohon dan memanggil
kekuatan besar pula pada dewa yang bernama Khonsu. Hingga akhirnya kekuatan
raksasa Khonsu pun dapat mengusir dan mengalahkan jin. Dengan ini, kemunculan
kembali makhluk-makhluk tak berjasad pada manusia untuk mengendalikan dan
melampiaskan nafsu mereka yang mana kehidupan manusia akhirnya hanya menjadi
sakit. Dan wanita di sini sebagaimana simbolis taman Eden, di mana kekuatan
perintis kosmos selalu berusaha menanamkan pengaruhnya melalui mereka untuk
perwujudan ambisi hewaniah untuk perkembangan dunia materil.
Pada
mitologi Aztec dan Maya dari bagian penceritaan Popol Vuh, ada pada kisah Tujuh Macau dan keturunannya. Di mana
Tujuh Macau dan keturunannya adalah gambaran kehidupan eksotis yang perkasa dan
bisa mengubah perabadan bumi karena kekuatan raksasa mereka yang kemudian
justru mengancam bumi pada percepatan kehancuran, hingga kemudian muncul
pahlawan kembar sebagai penakhluk mereka yang bernama Hunahpu (Hoo-nah-POOH) dan Xbalanque (sh-bah-LAHN-kay). Di mana dalam
pergumulan kehidupan manusia bersama diantara kekuatan raksasa menghasilkan
asal-usul yang unik, seperti muasal bintang-bintang di langit, dan peristiwa
alam seperti gempa bumi.
Dalam
catatan mitologi Cina sendiri, simbolis perabadan eksotis manusia setengah dewa
ini di abadikan dalam kisah “Sepuluh raja legendaris”. Mitos ini diperkirakan dimulai
ada dan dilestarikan setelah bangsa Cina mendiami lembah Yangtze atau lembah Sungai Kuning pada kisaran tahun 6500 SM – 5000 SM.
Dongeng-dongeng bangsa Cina yang lebih awal ini merujuk kepada ‘waktu mistis’ yang
dikuasai oleh raja legendaris: mereka setengah manusia dan setengah binatang,
mempunyai kekuatan magis, mengenal pengetahuan kepada manusia, seperti menulis,
bercocok tanam, berburu, menghidupkan api dan mengatur banjir. Meskipun tiada
bukti-bukti arkeologis yang mendukung keberadaan mereka. Nah inilah kemungkinan
besar dari sifat fisis jasad mereka yang sesungguhnya masih belum seperti
generasi fisis manusia seperti kita saat ini untuk meninggalkan jejak sebagai
kategori fosil ilmiah modern didapat sampai sekarang oleh para peneliti. Maka
kesenjangan fosil antara yang bisa ditemukan dan tidak pun bisa terjadi. Dan
inilah kemungkinan lain dari kejanggalan arah pada teori Evolusi yang
dipopulerkan Charles Darwin. Berikut profil para “Sepuluh Raja Legendaris” yang
mendominasi kisah-kisah dalam mitologi Cina
yang lebih awal:
Ø Fushi: Ia diperkirakan
menjalani masa kekuasaannya pada 3000 SM dan memperkenalkan budaya penggunaan
api, berburu, trigram, dan penjinakan
binatang.
Ø Shen
Nung:
Diperkirakan berada pada masa 2737-2598 SM dengan mengembangkan sistem
pertanian dan obat-obatan.
Ø Yon
Di: Masa
keberadaannya diperkirakan singkat karena ia digulingkan oleh saudara
laki-lakinya, Huang Di.
Ø Huang
Di: Dengan
mendapat julukan Kaisar Kuning, ia diperkirakan menjalani masa kekuasaan antara
2697-2598 SM dengan mengembangkan pembuatan bendungan, kompas, kalender dan
mata uang logam (koin).
Ø Shao
Hao:
Diperkirakan menjalani masa kekuasaan rentang waktu 2598-2591 SM yang tidak
begitu banyak bisa dijabarkan karena pencapaian pembangunannya hanya sedikit
perkembangan.
Ø Kao
Yang:
Rentang jarak masa kekuasaannya tidak diketahui, namun ia dikenal sebagai ayah
dari delapan anak yang termashyur.
Ø K’u: Sosoknya sepertinya
begitu misterius hingga masa kekuasaan dan pengenalan dirinya tidak diketahui
secara pasti.
Ø Yao
Ti:
Menjalani masa kekuasaan sekitar 2357-2255 SM dengan mengenalkan dan
mengembangkan astronomi dan pembuatan kanal.
Ø Shun: Pada dinasti
kekuasaannya antara 2217-2208 SM dengan
mencanangkan pembuatan bendungan.
Ø Yu
yang agung:
Ia diperkirakan menjalani masa kekuasaannya sekitar 2205-2197 SM dengan ia
dikenal mengembangkan pembuatan peta dan mengontrol banjir. Ia juga pendiri
Dinasti Xia yang legendaris (2005-1520 SM) namun untuk hal ini belum diketahui
secara pasti kebenarannya.
Dari
silsilah ini, secara intuitif saya seperti mendapatkan kode tersembunyi yang di
mana tahun atau penanggalan sering menjadi penyamar atau pengecoh. Dengan
mencoba mengabaikan penanggalannya, sosok peranan mereka di kenal hampir sama
prosesnya dengan mitos yang ditanamkan di Yunani serta catatan-catatan Ibrani
seperti kitab Kejadian ataupun Kitab Henokh, Kitab Yashar, Kitab Yobel, yaitu
pendekatan antara perabadan eksotis dengan banjir besar. Dan sepuluh generasi
setengah ini hampir mirip dengan sepuluh
generasi awal yang ada di Kitab-kitab Ibrani kuno, yaitu dari Masa Adam hingga
masa Nuh melalui salah satu keturunannya yang bernama Set. Namun, ternyata
nama-nama ini memiliki arti berkesinambungan yang profetif tertarik takdiran
Ilahiah sejak peristiwa buah terlarang di taman Eden:
Ø Adam: Arti namanya adalah
manusia, karena ialah generasi awal manusia.
Ø Set: Arti nama adalah
ditetapkan. Ia keturunan Adam yang kehadirannya menggantikan Habel yang dibunuh
oleh Kain. Dan melalui keturunannya inilah generasi setengah dewa berusaha
mengurangi sisi gelap dari dampak pembunuhan Kain dan perkembangan bumi pada
kehidupan yang lainnya.
Ø Enos: Arti namanya adalah
kematian, sengsara, dan lemah. Ia merupakan anak dari Set.Pada masanya,
anak-anak manusia mulai berkembangbiak pesat dan berlipat ganda serta
menyusahkan jiwa dan hati para keturunan taman Eden dan kehidupan lain di bumi yang tak jarang
mulai memberontak dan melanggar melawan Allah.
Ø Kenan: Arti namanya adalah dukacita, ratapan. Dialah
yang kemudian memulai kemunculan sosok pemimpin. Ia ditakdirkan muncul sebagai
pemersatu para manusia yang mulai tersesat dari jalan Allah. Dia menjadi
seorang bijaksana dan memiliki pengetahuan serta keahlian, dan dengan
khidmatnya dia memerintah atas roh-roh dan setan-setan yang berusaha
mengendalikan manusia. Maka dia juga memerintah dan memimpin anak-anak manusia
kepada hikmat dan pengetahuan. Dan pada masanyalah mulai berkembang sistem
kepemimpinan dan kehidupan berkelompok.
Ø Mahalalel: Arti namanya adalah
Tuhan yang memberkati. Ia adalah anak sulung Kenan. Pada masanya, sebagian
besar anak-anak manusia berusaha untuk dibawa kembali ke jalan Allah dan pada
pelayanan Allah sebagaimana meneruskan kepemimpinan dari Kenan. Maka, Allah
memberkati mereka yang mau kembali, karena bagi yang tidak, hukuman air bah
sudah akan mulai diturunkan.
Ø Yared: Arti namanya adalah
akan turun. Karena pada masanya, kegoncangkan kembali datang menghampiri
manusia. Kali ini datangdari para
malaikat penjaga yang memberontak turun ke bumi dan terpikat birahi pada
anak-anak perempuan manusia. Di sinilah mulai lahir para generasi
manusia-manusia perkasa; para raksasa, setengah dewa, dan monster-monster
bercampur-aduk dari perkawinan dan
perabadan terlarang.
Ø Henokh: Arti namanya adalah
mengajar atau permulaan. Jika kakek moyangnya, yaitu Kenan mengajar dalam
memulai secara strata kepemimpinan atau hirarki, maka Henokh mengajar dalam
strata kerasulan atau kepanditaan yang akan memulai unsur masyarakat yang nantinya sebagai
pendamping atau pengayom dengan strata kepemimpinan. Namun pada akhirnya ia
justru di angkat sebagai pimpinan atas 130 kerajaan di sekitarnya yang mendapat
ajarannya hingga ia memisahkan diri atau menyembunyikan dirinya dari keramaian
kehidupan manusia untuk melayani Allah sebelum ia akan diangkat oleh Allah. Dia
adalah pengajar dan pemberita kebenaran yang pertama dalam 4 generasi yang
selanjutnya. Dan sejak zamannya, Henokh mengajarkan kebenaran kepada anak-anak
keturunanannya. Dengan nubuatan tertua yang tercatat dalam Alkitab adalah dari
Henokh. Dan darinya, sudah dinubuatkan kedatangan Yesus Kristus (Messias) yang
kedua kalinya dan dikutip dalam Injil (Kitab Perjanjian Baru) oleh Surat Yudas 1:
14-15.
Ø Metusalah: Ia anak dari Henokh. Arti
namanya adalah kematian akan membawa, saat kematian akan datang. Selain itu
nama Metusalah juga punya artian nama yang lain, yaitu orang yang memegang
senjata. Sepertinya pada masanya, strata militan atau militer mulai terbentuk
dengan sendirinya dari berbagai kepentingan sebagai penjagaan atau keamanan dari
hal-hal agresif dalam lingkungan masyarakat dan berkelompok yang di rintis pada
masa Kenan.Banjir besar pada zaman Nuh sudah dinubuatkan oleh 4 generasi, yaitu
sejak zaman Henokh. Dan dalam tahun matinya Metusalah ini, banjir besar itu
memang datang.
Ø Lamekh: Memiliki arti nama;
ratapan, putus asa, hilang harapan. Ia adalah ayah dari Nuh. Pada masanya,
anak-anak manusia menaburi tanah, dan hanya sedikit makanan yang dihasilkan,
tetapi anak-anak manusia tidak berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat
(saling membunuh), namun mereka memberontak dan melawan Allah dengan
eksploitasi alam.
Ø Nuh: Arti namanya adalah
kelegaan, penghiburan, pelepasan. Metusalah menyebut nama Noah yang
katanya,”Bumi pada zamannya akan beristirahat dan bebas dari kerusakan.”
Sedangkan ayah, Lamekh, menyebut namanya Menachem yang katanya,”Ia akan
menghibur kita dalam pekerjaan dan jerih payah yang menyedihkan di bumi, yang
telah Elohim (TUHAN-Allah) kutuk.” (Yashar 4:14). Namun pada masanya, justru
akhirnya semua anak-anak manusia mulai meninggalkan jalan-jalan Tuhan dan sudah
semakin saling berlipat ganda. Dan bagi semua yang rusak jalan-jalan dan
pikiran-pikirannya sebelum air bah, Nuh menjadi pilihan Allah untuk memulai
kembali generasi kehidupan bumi yang baru dengan membuat bahtera yang akan
diisi pilihan-pilihan yang sudah ditetapkan Allah menuju dunia baru.
Dan
jika arti nama bapak-bapak leluhur manusia itu dibaca dari atas ke bawah, bisa
diartikan sebagai berikut: Manusia
ditetapkan mati, sengsara, dan berduka cita. Tuhan yang memberkati akan turun
dan mengajar. Kematiannya akan membawa yang putus asa dan hilang harapan
mendapatkan pelepasan, kelegaan dan pehiburan.
Ini
adalah ringkasan penebusan manusia oleh Tuhan, yang tersembunyi dalam silsilah
nama-nama bapak leluhur manusia ini. Dengan contoh lainnya seperti pada Musa
yang arti namanya “yang di ambil dari air”. Musa pun diutus oleh Allah saat
bangsa Israel semakin hanyut dalam ratapan penderitaan akibat perbudakan bangsa
Mesir. Sebagaimana ia diselamatkan dari di hanyutkan di sungai Nil, Musa pun
menyelamatkan bangsa Israel dengan kuasa Allah menyebrangi laut Merah dan
tentara Mesir yang mengejar pun tenggelam di perairan laut Merah itu. Dan
seluruh arti nama itu juga yang diilhami sang Budha sebagai samsara dari sebab dan akibat sejarah
masa lalu bumi dan isinya.
Dan
pesan tersembunyi dari nama-nama itulah sebagai hasil dampak atas tragedi Hawa
dan Ular yang menggugurkan ekosistem kehidupan nabati yang masih diproses untuk
kemudian tiba-tiba dialihkan kepada ikatan kehidupan hewani yang jelas-jelas
menimbulkan kontraksi yang luar binasa. Ini jadi seperti tokoh ‘Hulk’ yang
dalam perubahanan wujudnya berubah menjadi labil dan liar. Dan seperti ini
pulalah hasil perkawinan eksotis para malaikat penjaga dengan anak-anak
perempuan manusia, seperti yang diterangkan dalam Kitab Kejadian 6:4. Dan
perabadan mereka menjadi terlalu eksotis dan berlebih adalah seperti apa yang
dijelaskan oleh Henokh dalam penulisannya di Kitab Henokh pasal 6-8. Secara
garis besar dijelaskan bahwa para malaikat itu saling berikrar untuk satu
pendapat untuk menangguk hasrat mengambil pasangan bagi mereka dari anak-anak
perempuan manusia dengan meniduri dan mengajari mereka ilmu-ilmu kosmos seperti
sihir, tenung, dan mantra, serta akhirnya lahir dari mereka manusia-manusia
perkasa dan raksasa-raksasa kanibal yang menimbulkan kekacauan perabadan
manusia lainnya.
Dan
kemungkinan besar, fosil-fosil dan artefak-artefak atau bangunan-bangunan
raksasa yang tersebar di bumi adalah hasil karya para raksasa dan
manusia-manusia setengah dewa lainnya. Seperti pada Geoglyph Nazca yang
tersebar di Peru yang menggambarkan
aneka bentuk satwa, dan hanya bisa dilihat dan dinikmati dari ketinggian
pesawat terbang atau kendaraan yang mampu terbang di langit. Dan sama sekali
tidak bisa dinikmati di daratan.Dan mungkin saja patung-patung di pulau Paskah itu adalah
monumen berdarah, tempat yang dulunya para malaikat penjaga pernah berikrar
untuk mengambil istri dari manusia dan menghasilkan keturunan-keturunan mereka
yang luar binasa, salah satu jenisnya adalah para raksasa.
Bisa
jadi, inilah yang menjadi titik balik besar di mana proses perkawinan akan
benar-benar berevolusi dari aseksual menjadi seksual seutuhnya. Karena pada
masa ini proses perkawinan secara aseksual masih dimungkinkan ada. Hal ini
seperti yang tersirat pada Kitab Kejadian 9: 21-23, di mana Ham melihat aurat
ayahnya (Nuh) dan kemudian menceritakan pada saudara-saudaranya (Sem dan
Yafet). Bahwa titik balik besar manusia melakukan proses perkawinan secara
seksual seperti sampai pada saat ini adalah sesudah air bah. Hal ini yang
sebagaimana tersimbolis saat dikatakan dalam sejarah pada pertama kali Muhammad
mendengar Alquran, yaitu surah Al-‘Alaq
ayat 1-5:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan
perantara pena. Dia mengajarkan kepada manusia terhadap apa yang tidak
diketahuinya”.
Pada dari penyampaian itu, setidaknya
menjelaskan sebab dan akibat manusia saat itu sudah kronik dari hasil dari
peradaban para malaikat penjaga surga yang turun dan mengikat perkawinan dengan
anak-anak perempuan manusia dan menghasilkan generasi peranakan darah dan
daging. Dan juga sekaligus menyimbolis tokoh Henokh sebagai perantara pena, utusan Allah yang pertama
kali mengajarkan mulai dari generasinya pada bahasa kepenulisan serta berbagai
hal-hal apa yang tidak diketahui manusia lainnya. Sementara di sisi lain juga
ada yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya, yaitu para
malaikat penjaga kepada trah perkawinannya dengan anak-anak perempuan manusia.
Secara intuitif, Surah Al-‘Alaq tersebut
menyimpulkan sebagaimana yang pernah dijelaskan Henokh dalam catatannya
(khususnya pasal 6 dan 15 pada Kitab Henokh).
Dengan
semakin melekatnya takdir kehidupan hewani yang menyelubungi kehidupan nabati
yang pernah ada. Maka kehidupan eksotis itu di masa lampau hanya menjadi
takhayul di masa kini. Namun setidaknya peninggalan-peninggalan fisik yang
tersisa masih dapat menjadi bukti, Dan mungkin saja, Kamasutra adalah bagian dari inspirasi ritual seks yang mulai
dahsyat perabadannya di masa lampau pada zaman Yared dan Henokh tersebut. Dan
artefak-artefak bercorak Hindu yang sangat khas dengan lingga dan yoni, adalah
monumen eksotis sekaligus erotis sebagaimana itu adalah kunci masa perubahan
materil dari bentuk kelamin menjadi ‘nyata’ seksual seutuhnya. Menjadi
kehidupan daging seutuhnya. Dengan Samsara
yang semakin menyentuh...
Namun
umur manusia kembali menjadi pertaruhan akibat dampak dari itu semua. Di mana
telah mendapat maut dan menjadi maksimal hidup 1000 tahun saja pada masa Adam
dan Hawa, mulai sesudah air bah di masa sesudah Nuh umur manusia hanya
dijaminkan kehidupannya berkisar 120 tahun saja sebagaimana yang difirmankan
TUHAN pada Kejadian 6: 3. Namun sesudah air bah, Allah menjanjikan penghiburan
bagi manusia kepada Nuh seperti arti namanya. Melalui Nuh, Allah memberikan
tanda perjanjian berupa “Pelangi”. Kesemua arti warna ini setidaknya harus
digenapi manusia dalam kehidupannya untuk kembali ke dalam Kerajaan Surgawi
Allah. Selain melalui air bah atau utusan-Nya (Messiah), penebusan manusia
disimboliskan melalui konstelasi artian warna-warna pelangi untuk membiaskan
air kebeningan akhir mencapai muksa. Dengan diregenerasi sampai sebelum hari
perhitungan untuk menggenapi kesemua warna-warni pelangi itu dalam kehidupan
materil, seperti yang digambarkan dalam perumpamaan “Tujuh Gerbang” dari
catatan yang dikumpulkan dari pecahan-pecahan tablet kuno yang digali di Irak
pada abad ke-19 yang diperkirakan berasal dari 13.000 SM dengan penjabaran
sebagai berikut:
Gerbang pertama membiarkan
perempuan itu lewat, dan ia memberikan jubah untuk menutupi tubuh perempuan
itu.
Gerbang kedua membiarkan
perempuan itu lewat, dan ia memberikan gelang-gelang ke tangan dan kakinya.
Gerbang ketiga membiarkan
perempuan itu lewat, dan ia memberikan pengikatan pinggang kepadanya.
Gerbang keempat membiarkan
perempuan itu lewat, dan ia memberikan hiasan dada kepadanya.
Gerbang kelima membiarkan
perempuan itu lewat, dan ia memberikan kalung kepadanya.
Gerbang keenam membiarkan
perempuan itu lewat, dan ia memberinya anting-anting.
Gerbang ketujuh membiarkan
perempuan itu lewat, dan ia memberinya mahkota megah.
Catatan
ini adalah prosesi yang digambarkan saat suatu roh harus mulai lagi turun
melalui ruang-ruang, persiapan untuk inkarnasi berikutnya. Ketika roh itu
turun, setiap ruang memberi hadiah kepada roh itu yang akan dibutuhkan ketika
masuk ke tanah material lagi. Bahkan, hingga sekarang setiap anak diingat
tentang hadiah-hadiah ini dalam dongeng
“Putri Tidur” hingga “Putri Salju”. Roh manusia masih menanggapi kisah ini
dengan kuat dan hangat, mengalaminya seperti benar-benar terjadi dalam arti
yang mendalam. Dan juga dalam pandangan dunia kuno lainnya, sangat kental
sekali bahwa dunia bawah tersusun dari tujuh lapis atau tujuh dinding,
sebagaimana gambaran labirin Minos pada koin Kreta. Juga pada lukisan spiral
yang melambangkan dua dimensi karya seniman Italia, Botticelli. Gagasan yang
sama dapat ditemukan dalam catatan Origen tentang Ophites dengan doa-doa mereka
untuk tujuh iblis yang menjaga tujuh gerbang dunia bawah. Namun, model yang
paling mendekati untuk catatan Dante Aleghri tentang dunia bawah dalam “Commedia” saat ini adalah catatan guru
besar Sufi, yaitu Ibnu Arabi yang
menjabarkan tentang perjalanan Muhammad ke dunia lain dalam “Fotuhat”. Dan berbagai ranah meditator
sejati dari kini hingga sekarang kiasan yang sering didapatkan dalam meditasi
atau yoga pun kurang lebih konstelasi warna-warni dunia pelangi itu. inikah
sisi lain dari frasa “Hidup berawal dari mimpi”...
Ini
adalah apa yang mungkin tersembunyi dari sisi lain kemitosan pada dongeng
ataupun cerita khayalan. Dan perabadan eksotis mereka inilah yang terkenal
dalam legenda Atlantis. Dan kemungkinan lain untuk persebaran kosmos mereka
adalah apa yang dicetuskan oleh Alfred Watkins (1855-1935 M) sebagai Garis Ley.
Dengan penguat sisi kosmos dari konstelasi garis-garis Ley itu adalah pada
titik pertemuan garis yang dijadikan suatu pusat fungsi dengan ditandai atau dibangun
monumennya untuk menghasilkan moment-moment yang disimboliskan. Di sisi lain
terkait hal ini, ada pada segel berbentuk silinder dari bangsa Sumeria yang
memperlihatkan bentuk tubuh manusia, tetapi berkepala sarang. Ini karena pada
zaman itu, kesadaran perorangan dialami seperti terbangun daari sebuah
kolaborasi dari banyak pusat kesadaran yang berbeda. Pusat itu bisa dibagi,
atau bahkan dipindahkan dari satu pikiran ke hal yang lainnya, seperti
segerombolan lebah dari satu sarang ke sarang yang lain. Dan jika diamati
pemetaan “Planet grid system” pada
kombinasi Garis Ley akan tampak seperti jaringan sarang lebah raksasa.
Lebah
adalah simbol yang paling penting dalam tradisi rahasia. Lebah mengerti
bagaimana membangun sarangnya dengan semacam genius bawah kesadaran mereka.
Sarang lebah menggabungkan ketepatan dan kesulitan luar biasa dalam
pembangunannya. Misalnya semua sarang telah dengan rotasi malaikat-malaikat di
dalamnya. Dan pada ilmu pengetahuan modern, hal ini diharfiahkan sebagai
“perilaku naluriah”. Pola perilaku tersebut telah tertanam dengan sistem saraf
sebagai suatu padanan biologis bagi ‘piranti program tertanam’ (hard writing).
Dan
kemungkinan inilah para makhluk-mahkluk kosmos itu melesakan diri turun dari
bintang-bintang mereka untuk kasmaran dengan para anak-anak perempuan manusia
itu. Bisa jadi, garis Ley ini pun sering juga dimanfaatkan para kapitalis
modern seperti saat mereka saling mencari lokasi-lokasi pertambangan maupun
kekayaan lainnya selain dari naskah atau manuskrip kuno. Dan seperti pulau
Papua pun sudah berkali-kali sebagai hasil dari perburuan itu. Karena Nusantara
adalah salah satu wilayah dari pusat segalanya, baik dalam hal kekayaan alamnya
yang ada di permukaan dan di dalam perut
bumi, letak geografis yang strategis, iklim yang bersahabat, sehingga manusia
di wilayah itu bisa hidup dengan harmonis dan mampu berkembang biak dengan
cepat. Ciri-ciri ini pulalah, tempat Adam hingga Nuh mulai mengembangkan citra
manusia di Bumi.Dan jika dikaitkan dengan naskah Ibrani kuno, maka perabadan
Atlantis dimungkinkan dimulai pada masa Yared di mana para makhluk-makhluk
kosmos mulai memberontak dan turun ke bumi. Kemudian perabadan malaikat mulai
melebur dengan manusia pada masa Henokh dan membangun kejayaan mereka hingga
mengalami kehancuran yang ada pada masa Nuh. Dan di sinilah sekiranya gambaran
juga untuk argumen ilmu pengetahuan modern tentang ‘kelangkaan’ tersebut
merupakan desakan serius akan adanya ‘seleksi alam’ dari mayoritas dan
minoritas keunggulan spesies. Bahkan, orang yang beriman kuat pada penciptaan
Ilahi sekalipun terpaksa harus mengakui setidaknya di masa lalu beberapa bentuk
kehidupan telah punah seluruhnya. Dan dengan konsep seleksi alam pada air bah, kisah
bahtera Nuh bagai para petahana-nya.
Selain
itu, kembali pada angka 10 sebagai penghubung yang unik antara silsilah para
manusia legendaris dari Cina maupun Ibrani ini. Dari kedua sejarah kuno itu
kita juga akan menemukan berbagai arah yang hampir sama dari pengenalan masa
keberadaan mereka masing-masing dengan masalah yang paling dominan adalah
tentang perairan. Dengan Adam dan Fushi akan tampak arah persamaan kedua tokoh
itu mempengaruhi perabadan yang ada saat masa-masa mereka. Dan sosok misterius
K’u pun juga tampak sejurus dengan sosok Henokh yang juga sering menghilang dan
pergi menyepi untuk bersama dengan malaikat-malaikat Allah. Hingga pada sosok
Yu yang agung dengan Nuh yang juga mengakhiri dinasti eksotis 10 generasi
tersebut. Di mana mereka sama-sama mengacu pada masalah perairan yang besar
selain kekeringan, yaitu banjir. Dan pemetaan yang dilakukan Yu adalah yang
juga sangat mungkin dilakukan Nuh sebelum berangkat dengan bahteranya.
Jika
sesungguhnya mereka hidup pada masa yang sama, hanya saja kemungkinan lain
dinasti mereka dari kelompok yang berbeda namun masih dalam suatu kesatuan
wilayah, ibarat dari suatu kekaisaran mereka adalah para dinasti Lord secara feodal. Dan kekaisaran itu yang
kemungkinan besar adalah apa yang selama ini dalam legenda di sebut Atlantis. Legenda
Atlantis ini dikenal juga dengan 10 pembagian wilayah kerajaannya. Di mana
perabadan ini juga terkenal eksotis dengan sistem perabadan yang menganggumkan,
dengan salah satunya adalah sistem perairan kanal seperti yang ada pada
pengenalan “Sepuluh Raja Legendaris” dari Cina tersebut. Dan untuk masalah
lain, yang juga sama pada masalah perabadan eksotis ini adalah menonjol pada
perempuan sebagai perhatian utama pergolakan perabadan. Dan mungkinkah ada sisi
lain yang hubungannya dengan konsep Atlantis, jika sesudah Inggris bercokol di
daratan Melayu kemudian muncul 10 distrik sebagai wilayah kedaulatan Malaysia?
Nama
Atlantis sendiri di ambil dari nama ratu utama perabadan eksotis yang di
masa-masa akhir memimpin pengendalian dalam kerajaan Atlantis, ia tinggal di
pula yang paling besar dan sebagai pusat tatanan perabadan. Karena ini adalah
kerajaan yang wanita sebagai satu-satunya pemimpin di antara para pemimpin pria
yang lainnya di sekelilingnya. Dan kerajaan ini pun dikisahkan sebagai kerajaan
yang tempatnya paling akhir tenggelam dari perabadan kerajaan Atlantis lainya.
Dan konsep hierarki yang dibangunnya cukup teosofis dan disiplin untuk menjaga
keseimbangan ekosistem perabadan. Dan jika dalam mitos Yunani ada pada sosok
Cleito, maka dalam legenda mitos Jepang ini akan ada pada kisah “Putri Himiko”,
pemimpin wanita yang memulai perabadan awal Jepang. Dan beberapa komikus modern
Jepang pernah mengilustrasikan secara simbolis seperti dalam salah satu karya
CLAMP yang berjudul “Magic Knigth Rayearth” pada tahun 1994.
Dan berbagai karya lainnya sekarang pun sudah banyak berbagai karya menghiasi
media seni dan hiburan terkait legenda Atlantis. Dan di Indonesia sendiri yang
kemungkinan besara adalah sosok pemimpin wanita eksotis itu adalah yang dimitoskan dalam berbagai versi sebagai
Ratu laut selatan, Nyi Roro Kidul.
Dengan
para filsuf Yunani modern pun mendapat penuturan dari para pendeta Mesir yang
secara garis besar mereka tuliskan; bahwa ada sebuah daratan raksasa di samudra
Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang membanggakan
perabadannya menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung
banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak.
Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana
tingkat perabadannya memukau orang. Memiliki kapal dan pelabuhan dengan
perlengkapan sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya
tidak hanya sebatas di Eropa, bahkan jauh sampai ke daratan Afrika. Setelah
dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta perabadannya, juga
hilang dalam ingatan orang-orang. Dengan kata lain, di masa kejayaan Atlantis
adalah kekaisaran antar benua yang cukup besar yang kini terpencar-pencar
maupun yang hilang setelah pasca glasial akhir zaman Es. Dan Atlantis adalah
puncak dari perabadan terakhir generasi manusia setengah dewa dan para pahlawannya
sampai perabadan mereka hancur dan tenggelam oleh air bah. Dan Nuh salah satu
dari para pengungsi dengan bahteranya berangkat dari Dangkalan Sunda (Jawa) di
zaman Atlantis yang diarahkan oleh angin Muson hingga mendarat di pegunungan
Ararat. Dengan umur manusia menjadi semakin pendek. Dan sejarah buku pelajaran
yang mengatakan nenek moyang Indonesia berasal dari Yunan, adalah sesungguhnya
adalah arus balik para generasi pengungsi bencana air bah di zaman Atlantis
yang berdiaspora ke arah utara untuk kembali ke tempat asal mula mereka di
Nusantara. Di mana tempat-tempat perlindungan di pegunungan Tibet sebelumnya
membuat mereka terdampar dan terselamatkan dari serangan gletser dari kutub
Utara. Dan beberapa hasil dari para peneliti yang netral pun sudah mulai bisa
membuka tabir yang selama ini tertutup bahwa Indonesia di masa lampau pernah
menjadi pusat perabadan yang luar biasa mendominasi dan mempengaruhi dunia.
Secara geologis Prof Aryos Santos memaparkan penelitiannya dalam bukunya yang
berjudul “Atlantis, The Lost Continent
Finally Found” (1997-2005) hingga akhir hayatnya. Kemudian secara garis
besar ilmiah DNA dipaparkan oleh Oppenheimer dalam bukunya “Eden in The East: The Drowned Continent of
Southeast Asia” (1998) disusul buku keduanya “Out of Eden: The Peopling of The World” (2004). Dan secara botani
maupun zoologi dapat kita rasakan
pada penentuan garis Wallace dan garis Weber, di mana klasifikasi pemetaan itu
akan kembali pada hamparan Nusantara sebelum pasca glasial. Yaitu pada saat
masih menjadi dua paparan besar, Sunda dan Sahul.
Dengan
beberapa perbandingan proses penciptaan dunia dalam sisi kuno dan modern ini,
sebenarnya ada banyak hikmah persamaan dokumentatif sejarah yang bisa
didapatkan dari keperbedaan penjabarannya yang dikarenakan sudut pandang. Dan
yang tak jarang ilmu pengetahuan modern sendiri sering menelaah dari sumber
ilmu pengetahuan kuno. Akan tetapi dalam ranah publikasi ilmiahnya sering
dibuat terkesan berlawanan dan berbantahan terkait klarifikasi kesepahaman
ataupun mungkin karena dampak lain dari realita keadaan zaman yang ada. Dan
mungkin ada hal lain yang sering disembunyikan pada sejarah, untuk konseptual
masa depan ilmu pengetahuan modern di balik kepentingan “sesuatu” dari dampak
lain ilmu pengetahuan kuno. Maka, seringkali ditemukan baik dalam bentuk lisan
penceritaan kisah (dongeng, mitologi, legenda, dan lain-lain) maupun
peninggalan fisik berupa artefak dan manuskrip lebih secara simbolis dan
terkesan misterius, bahkan untuk keawaman dunia masa kini yang dikatakan modern
sekalipun dari perabadan kuno yang dikatakan primitif. Akan tetapi, perabadan
kuno sendiri banyak hal yang sulit terungkap secara modern hingga saat. Bahkan
keawetan peninggalan canggih zaman primitif sekalipun masih lebih baik dari
zaman modern sekarang. Kemungkinan inilah salah satu dampak bahwa dunia sudah
semakin benar-benar diarahkan secara materil kenyataan kehidupan alam semesta
kita yang tetap saja masih tidak bisa dihilangkan hakiki dunia ini sebelumnya
yang sebenarnya, walaupun secara historis alam rohani itu kini hanya dianggap seolah bayang-bayang.
Bagaimanapun
itu semua tetap tidak bisa dipisahkan, sekalipun dikelompokkan menjadi berbagai
hal untuk pembedaan. Yang entah kini menjadi ilmu sains yang penuh perhitungan
matematis pun juga menggunakan simbol-simbol seperti dunia kuno untuk berbagai
perumusan masalah. Di berbagai sisi lain pun ada Arkeologi, Geologi,
Antroprologi, dan berbagai bidang ilmu pengetahuan modern lainnya dalam
aktifitasnya menguak berbagai fenomena alam dunia ini. Dan tetap tidak bisa
dipungkuri pula seperti bayangan tubuh kita yang terus mengikuti pergerakan
fisik kita dalam pancaran sinar kehidupan, kekunoan adalah bayangan tubuh
kemodernan itu sendiri. Seperti semboyan “Binneka Tunggal Ika”, walau
berbeda-beda tetaplah satu jua. Walau dunia kini menjadi menjadikan berbagai
ilmu pengetahuan berbeda, tetaplah satu jua, yaitu “Sejarah” sebagai jembatan
penghubung kekunoan dan kemoderenan dari berbagai bidang. Kemoderatan dan
kemajuan dunia semua ilmu pengetahuan apapun tidak terlepas dari “Sejarah”nya
bukan?
Hanya
saja, secara politis rasial, sejarah seringkali menjadi berbahaya untuk
disalahgunakan dalam dokumentasi perabadan. Seperti halnya banyak orang
mengatakan bahwa sejarah ditulis oleh para pemenang. Hal ini sama sekali tak
mengejutkan alias wajar belaka. Tetapi, bagaimana jika sejarah atau apa yang
kita ketahui sebagai sejarah ditulis oleh orang yang ‘sesuatu’? bagaimana jika
semua yang kita ketahui hanyalah bagian dari cerita yang ‘sesuatu’ tersebut?
Justru ranah perbedaan-perbedaan yang semakin diperbanyak inilah disadari
maupun tidak yang selalu menjadi permainan bumerang dari berbagai kepetingan
‘tangan tersembunyi’ untuk saling di adu domba, di mana sejarah memang akan
tertoreh para ‘pemenang’. Dan ini pun tak lebih dari sekedar dan sekelumit opini
untuk mendapati suatu persamaan dari perbedaan yang ada, dengan kemungkinan tak
luput dari segala kekurangan dan keterbatasan penyampaiannya...(NB: dari
berbagai sumber).
Frankincense
(Purwokerto, 8 Maret 2018)
Komentar
Posting Komentar