NAFAS (Noah Ark from Atlantis)




Untuk bab ini, saya akan coba kaitkan kembali perbandingan literatur kuno dan ilmiah modern pada penciptaan manusia. Di mana saya tidak begitu membahasnya di proses 1 (Pada penulisan “WICK”, World in Create Kaleidoscopic) yang lebih ditujukan kepada pembahasan alam-nya terdahulu. Karena manusia sendiri, sekarang merupakan faktor terbesar dan kunci untuk perabadan bumi saat ini. Dan terkait berbagai simbolis dan kode-kode tertentu dari literatur kuno yang juga masih saling berkelindaan logika pemahamannya dengan ilmiah modern. Saya akan kembali mengimajinasikan anda pada gambaran literatur kuno dan ilmiah modern.
Hingga abad ke-19, gagasan Kristiani tentang penciptaan telah menjadi kerangka dasar bagi pandangan Eropa mengenai alam kehidupan. Alkitab menggambarkan setiap spesies telah diciptakan ‘menurut jenisnya’, yang dahulu oleh para naturalis dan ahli teologi diartikan memiliki ketetapan menurut hukum Ilahi. Di zaman ketertarikan terhadap alam kehidupan yang terus meningkat, pengklasifikasian keanekaragaman hidup yang begitu kaya telah menjadi suatu untuk memberikan kesaksian terhadap keagungan sang pencipta.
Sebagaimana seperti proses inisiasi yang akan disampaikan dalam zaman kuno, penting untuk membiarkan gambaran imajinatif bekerja dalam khayalan kita saat ini. Sebelum kita mencoba kembali memahami sejarah kuno kosmos, atau untuk memahami mengapa banyak orang cerdas telah mempercayainya. Ada makhluk hidup yang memperbanyak diri secara aseksual, yaitu suatu bentuk reproduksi yang cepat dan mudah karena hanya melibatkan orang tua tunggal (tanpa pasangan). Kerugian dari cara bereproduksi ini adalah umumnya tidak menghasilkan variasi. Dengan kata lain, keturunan yang dihasilkan tak lain merupakan duplikat orang tua mereka. Berlawanan dengan itu, reproduksi seksual yang melibatkan pasangan orang tua justru menghasilkan keturunan dengan kombinasi baru dari ciri-ciri kedua orang tua tersebut. Bagaimanapun, bahkan di alam ada pengorbanan untuk seks. Namun, seks menghabiskan jauh lebih banyak waktu dan energi dibandingkan reproduksi orang tua tunggal (aseksual). Dan jika ini dikaitkan dengan historis manusia secara literatur kuno, dalam Kitab Kejadian peralihan terbesar metamorfosis dua hal tersebut ditutup pada masa Nuh untuk penyempurnaan ciri-ciri reproduksi seksual yang mulai dievolusi sejak zaman Adam dan Hawa beranjak dari taman Eden. Dan ilmiah modern lebih variatif lagi berspesies ria...
Proses 2
Sebagian besar masa Geologi sejak terbentuknya bumi di bagi menjadi tiga zaman besar. Zaman Primer  atau pertama melihat permunculan tanaman-tanaman seperti rumput laut, lumut, pakis, dan terakhir pemunculan tanaman-tanaman berbatang besar, yang vegetasinya berlimpah membentuk batu bara. Zaman ini juga melihat pemunculan binatang, dimulai dengan makhluk-mahkluk tidak bertulang belakang sederhana yang hidup di air dan kemudian muncul ikan dan amfibi.
Yang kedua adalah Zaman Sekunder. Zaman ini adalah zaman khusus untuk reptil-reptil besar, yang tulang-tulangnya ditunjukkan di museum. Selama masa ini binatang-binatang berbentuk seperti burung berkembang dan menjadi burung sejati karena mereka mengembangkan sayap dan metodefikasi sisik-sisik reptil mereka menjadi bulu.
Kemudian di zaman Tertiary atau zaman ketiga muncul pertama kali berbagai macam binatang mamalia. Ini adalah semacam catatan bebatuan berusia jutaan tahun sebelum jejak-jejak pertama manusia. Zaman ini memiliki karakteristik iklim semi-tropis, bahkan di wilayah Arktik. Menjelang akhir zaman Tertiary, zaman ini mengalami perubahan iklim besar mulai terjadi di garis lintang utara, dan menyebab apa yang disebut Zaman Es.
Gumpalan-gumpalan es besar terbentuk di daratan-daratan yang mengelilingi Kutub Utara dan secara perlahan bergerak ke selatan. Amerika Utara hingga lembah Ohio dan Missouri dan Eropa hingga sungai Rhine dan Thames tertutup massa es, yang diperkirakan memiliki ketebalan satu mil. Glasier-glasier besar juga muncul di pegunungan Alps, Pyrenees, dan Kaukasus dan menurun dari pegunungan ini jauh hingga ke dataran-dataran di sekitarnya. Zaman Es, terlepas dari namanya, bukanlah zaman dingin yang tidak terinterupsi. Tampaknya telah ada empat kemajuan dan kemunduran es yang menyebabkan lebih banyak atau lebih sedikit interval-interval hangat. Dalam zaman Kultural atau periode Arkeologi, hal ini terdapat pada kisaran Zaman Eolithik ± 500.000 SM hingga ± 50.000 SM. Dengan jenis kelompok kehidupan hewan-hewan berkembang di sini antara lain; Singa Hyena, Lynk, harimau bertaring besar (SaberTooth), Gajah dan Mammoth berbulu, Kuda Nil, Badak berbulu, Beruang Gua, Bison Eropa, Banteng liar (Aurochs), Kuda Stepa, Sheep Elk, Reinder Musk. Sedangkan jenis manusia yang diperkirakan adalah Heidelberg ± 375.000 SM, Piltdown ± 150.000 SM, dan Neanderthal ± 50.000 SM. Mereka inipun saling muncul dan hilang dari ekstremnya iklim perubahan zaman Es pada tahapan interglacial, glacial hingga pasca glasial yang mengakhirinya. Di sinikah kemungkinan dari sisi lain secara kosmos perananan perabadan Atlantis memainkan perubahannya?
Pada jenis manusia Heidelberg, fosil mereka ditemukan pada tahun 1907 M di liang pasir dekat Heildelberg, Jerman. Zaman mereka berada pada Zaman Es di interglasial kedua. Tulang ini terkubur sekitar 80 kaki di bawah permukaan, bersama dengan sisa-sisa berbagai binatang lainnya, termasuk gajah dan badak. Tulang rahang bawah mereka memiliki beberapa ciri mengagumkan, dengan diketahui sebagai tulang rahang bawah manusia terbesar yang pernah di ketahui. Tulang rahang bawah mereka terlihat tidak memiliki dagu, dan bagian belakang yang menyempit mungkin tidak memberi ruang pada lidah untuk mengartikulasi suara. Pastilah dalam suatu gambaran dengan wujud diri anda sekarang, mereka terkesan makhluk aneh. Di sinilah kemungkinan lain yang tersimbolis bahwa mereka sesungguhnya salah satu dari hasil persilangan kawin yang kacau, seperti yang dicatat dalam Kitab Kejadian 6:1-8, bahwa itulah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala. Di mana jika di Indonesia, kita juga mendapatkan gambaran ini pada penemuan fosil manusia purba Meghantropus Paleojavanicus dan  Pithecantrophus Robustus. Gajah dan Badak yang tergali di sisi mereka mungkin tak lebih besarnya para jenis Heidelberg melihat mereka seperti saat kita manusia saat ini melihat anjing Pitbul.
Sedangkan pada jenis Piltdown yang di temukan di Piltdown, Sussex, Inggris. Pada tahun 1911-1912 M mereka di temukan di daratan krikil yang terdiri dari bagian tulang tengkorak, rahang bawah, dan beberapa gigi, bersama dengan sisa-sisa kuda Nil, badak, dan binatang-binatang lainnya. Manusia ini diperkirakan telah hidup selama tahap interglasial ketiga. Penemuan ini menarik perhatian karena diklaim sebagai salah satu jenis manusia paling tua, di mana bentuk kepala dan ukuran otak diketahui menurut perkiraan saja. Tulang tengkoraknya luar biasa tebal, jauh lebih tebal daripada tulang tengkorak manusia modern. Melihat bentuk dan ukurannya, tulang tengkorak ini memiliki otak kecil. Rahangnya bahkan tidak menyerupai rahang manusia, terutama dengan tidak adanya tulang dagu. Giginya menunjukkan karakter tidak seperti manusia. Maka persepsi ketidakyakinan akan muncul, bahwa tulang tengkorak dan rahang ini milik individu yang sama. Akan tetapi, jika dikaji hal ini pada artefak-artefak dan catatan-catatan literatur kuno sesungguhnya sebagai pernah adanya generasi unik yang selama ini dianggap takhyul karena berada pada mitos. Kemungkinan mereka adalah  perpaduan wujud jenis manusia dan hewan dalam satu tubuh seperti Oannes atau Poseidon.
Sementara penemuan manusia Neanderthal yang hidup selama tahapan glasial keempat ditemukan pada tahun 1856 M di gua kecil lembah Neanderthal di Rhenish, Prussia (sekarang wilayah Jerman). Ciri paling mencolok dari tulang tengkoraknya adalah ketebalannya, dahinya rendah dan menjorok ke belakang, dan alis mata menyatu. Sebelum ditemukan hampir tiga puluh contoh tulang tengkorak lain sejenis ditemukan selama separuh abad terakhir, para ilmuwan berpendapat bahwa tengkorak ini tak lebih milik orang idiot atau orang yang mengindap penyakit. Dalam tampilan lainnya, mereka ini pendek (sekitar 5 kaki, 3 inci), rahangnya besar dengan tulang dagu menjorok ke belakang. Tubuhnya mungkin berambut dengan ibu jarinya terlihat kurang fleksibel dibandingkan ibu jari manusia modern saat ini. kepalanya, jika dilihat dari atas, sangat sempit, dan ia tidak bisa berjalan dengan tegak. Manusia Neanderthal ini menurut para ilmuwan mereka hidup bersama dengan beruang gua, singa gua, Hyena gua, dan binatang-binatang lainnya yang sekarang punah. Inilah mungkin perwujudan lain secara empiris dari evolusi makhluk bumi. Tak jauh berbeda dengan jenis Heidelberg dan Piltdwon, kemungkinan besar mereka juga bagian dari kekacauan hasil persilangan kawin kehidupan eksotis yang banyak dianggap mitos selama ini. Dan kronik tenggelamnya Atlantis dan Bahtera Nuh mengakhiri zaman ini dan mengungsi ke daratan lain dalam pembaharuan untuk ada pada kemunculan jenis Manusia Cro-Magnon, yang mana mereka muncul sesudah zaman Es, sesudah banjir besar.
Manusia Cro-Magnon berasal dari nama tempatnya ditemukan di sebuah gua di wilayah Prancis di mana lima kerangka berhasil di gali pada tahun 1868 M. Mereka memiliki tubuh tinggi, dengan wajah lebar, hidung besar, alis mata yang lebih tipis, dagunya telah berkembang dengan baik, dan otaknya besar. Perkembangan fisik dan mental manusia Cro-Magnon menyerupai manusia modern, walaupun mereka hidup di zaman pasca-glasial awal bersama Mamoth berbulu, badak berbulu, Bison, rusa kutub, ataupun kuda stepa liar di daratan Eropa Barat. Dan inilah kemungkinan kehidupan lain dari sisi primitif yang mengawali kembali perabadan bumi bersamaan dengan keluarga Nuh  di sisi lainnya mulai tersebar dari Mesopotamia. Karena dari catatan-catatan kuno lain merujuk bahwa Nuh bukan satu-satunya keluarga yang bisa menyelamatkan diri dari air bah. Akan tetapi, kisah Nuh sebagai perwujudan khusus dari penyelamatan keluarganya yang akan mewakili dari sisi moderat bisikan Ilahiah. Dan Allah menugaskan Nuh sebagai Adam berikutnya. Dengan Bahtera Nuh yang selain sanak-keluarganya juga terdapat berbagai jenis binatang serta keperluan lainnya. Kemudian Nuh memulai di tanah baru dengan bertani, bukankah ini seperti kembali ke masa awal Adam di taman Eden dan awal pengusiran dari taman Eden, ibarat mereka manusia awal seperti sebagai pakar zoologi dan botanical bumi. Adam dan Nuh adalah generasi yang dilatih dan dituntun langsung dari Allah dan para malaikat-malaikatnya membiakan awal perabadan di bumi. Maka, sekarang kita beralih ke catatan-catatan literatur kuno...
Dalam Mitologi Aztec dan Maya pada awalnya, para pencipta memakai lumpur untuk menciptakan manusia. Namun demikian, manusia lumpur bukanlah yang terbayang di benak mereka. Manusia lumpur itu sangat lembek, lemah, dan sulit berdiri; yang lebih parah lagi, setelah turun hujan menjadi basah dan tidak bisa berdiri sama sekali. Lagipula mereka tidak bisa melihat dan tidak berotak. Mereka bisa bicara, namun karena tidak punya otak yang bisa mengatur pemikiran mereka, suara mereka hanya terdengar bagai celotehan. Tanpa membuang-buang waktu, para pencipta menghancurkan manusia lumpur secepat mungkin setelah mereka diciptakan.
Para pencipta mencoba kembali.Kali ini mereka menggunakan kayu. Manusia kayu adalah perbaikan dari manusia lumpur. Kayu yang kokoh membuat mereka mampu berdiri dan berjalan. Layaknya manusia lumpur, manusia kayu juga bisa bicara. Mereka hidup dan beranak pinak.
Namun para pencipta menyadari bahwa manusia kayu sama saja seperti manusia lumpur, tidak punya otak, sehingga perkataan yang mereka ucapkan tidak masuk akal. Mereka juga tidak punya darah yang mengalir di sekujur tubuh mereka, sehingga kulit mereka kering dan keras, bukan segar dan lembab. Karena tidak punya perasaan, wajah mereka tanpa ekspresi. Bahkan mereka tidak mempunyai jiwa untuk membedakan mana yang benar dan salah. Makhluk yang dungu ini membakar bagian bawah peralatan masak dan wajan pipih mereka. Bahkan mereka memukul dan membuat anjing-anjing peliharaanya kelaparan. Akhirnya, para pencipta sadar bahwa mereka harus memusnahkan manusia kayu dan mencoba menciptakan makhluk yang lebih lengkap untuk ketiga kalinya.
Untuk menghancurkan manusia kayu, para dewa mempermalukan mereka. Awalnya para pencipta membuat banjir dari getah yang lengket. Manusia kayu berusaha melarikan diri, namun anjing-anjing yang dulu menjadi korban mereka berusaha mencegahnya. Anjing-anjing manusia kayu yang dipukuli dan dibiarkan kelaparan dengan ganas berusaha membalas dendam menggunakan gigi-gigi mereka yang tajam untuk menggigit manusia kayu dan mengoyak wajah mereka. Wajan pipih dan peralatan masak yang pernah mereka bakar juga ikut balas dendam dengan membakar punggung mereka.
Beberapa manusia kayu membebaskan diri dari para penyerang yang lengah dan berusaha melarikan diri untuk meninggalkan banjir getah yang lengket. Mereka memanjat pohon dan bersembunyi di atas atap rumah mereka. Bahkan pepohonan dan rumah-rumah menuntut balas terhadap mereka. Pepohonan menggoyangkan dahan-dahan mereka sampai para manusia kayu jatuh ke tanah. Rumah-rumah roboh dari pada melindungi manusia kayu. Ketika manusia kayu itu berlomba-lomba menuju goa-goa, pintu goa itu segera tertutup. Kebanyakan dari mereka tenggelam dalam getah. Manusia kayu yang bertahan hidup sedikit sekali, itupun wajah mereka tidak karuan dan tidak menyerupai manusia. Mereka menjadi spesies binatang baru yang disebut kera. (Mungkin hal ini pula dari sisi lain yang mendasari keutamaan teori evolusi Darwin saat ia mengikuti perjalanan kapal ekspedisi Beagle).
Untuk ketiga kalinya, para pencipta berkumpul untuk bermusyawarah. Mereka perlu cara baru untuk menciptakan ras manusia seperti yang mereka impikan. Tepat ketika musyawarah akan dimulai, empar jenis hewan datang mengunjungi mereka: kucing gunung, anjing hutan, burung gagak dan burung nuri. Para binatang bercerita kepada para pencipta tentang makanan yang menakjubkan, yaitu maizena atau jagung yang tumbuh disekitar tempat yang disebut Broken Place (Tanah Gembur). Para pencipta sangat penasaran akan makanan baru tersebut dan ingin melihatnya sendiri. Keempat binatang itu lalu mengantarkan para pencipta menuju ke Broken Place di mana mereka menemukan jagung yang tumbuh melimpah ruah. Seketika itu juga para pencipta sadar bahwa inilah bahan terakhir yang hilang. Inilah bahan yang benar-benar mereka butuhkan untuk menciptakan makhluk (manusia) yang akan menempati bumi.
Seketika itu juga para pencipta menjadi sibuk. Mereka menumbuk jagung menjadi tepung dan menggunakannya untuk menciptakan empat laki-laki kuat dan tampan yang dikenal dengan sebutan Empat Bapak. Kemudian mereka menggiling lebih banyak jagung sehingga menjadi cairan. Para menawarkan cairan tersebut kepada keempat bapak yang baru saja mereka ciptakan. Para lelaki itu meminumnya, tiba-tiba saja mereka memiliki otot dan tenaga. Ketika para lelaki itu tidur, para pencipta menciptakan wanita untuk masing-masing mereka yang setara kecantikannya dengan ketampanan mereka.
Keempat bapak sangat berterima kasih kepada para pencipta karena sudah membawa mereka ke dunia dan memberikan mereka kecerdasan yang sangat tinggi sehingga mereka tahu semua ilmu di dunia. Kepandaian mereka didapatkan dari penglihatan para lelaki yang sangat kuat. Keempat bapak itu berkata pada para pencipta, “Kami bisa melihat, mendengar, bergerak, dan berbicara. Kami bisa berpikir dan mengenal segala sesuatu yang ada di bumi maupun di langit. Terima kasih telah menciptakan kami.”
Ucapan itulah yang tiba-tiba membawa petaka baru. Seiring dengan berjalannya waktu yang dihabiskan para pencipta untuk mengamati perkembangan ras manusia, mereka sadar telah membuat masalah yaitu dengan menciptakan manusia terlalu sempurna. Jika manusia terus-menerus melihat dan mengetahui segala sesuatu, maka mereka tidak saja menjadi manusia, namun menjadi dewa layaknya para pencipta. Karena itulah, para pencipta harus melakukan sesuatu untuk membatasi kecerdasan dan kekuatan mereka.
Para pencipta meniupkan kabut pada mata keempat bapak. Kabut itu berakibat sama pada masing-masing lelaki layaknya hembusan nafas pada permukaan cermin. Para lelaki itu masih bisa melihat tapi tidak sejauh sebelumnya. Mereka tetap bisa berpikir, tetapi kecerdasan mereka berkurang menjadi tingkat yang sederhana.
Kemudiaan keempat bapak dan istri-istri mereka mempunyai anak. Anak-anak mereka mempunyainya anak dan tak lama kemudian ada banyak manusia di muka bumi ini.
Di sini, kemungkinan masyarakat kuno Azctec dan Maya awal telah berbudaya konsep evolusi kehidupan jauh sebelum Charles Darwin memaparkan teorinya. Dan keempat bapak ini, kemungkinan secara simbolis sebagai awal dari empat ras manusia di zaman ini seperti ras kulit Hitam (Negroid), kulit Kuning (Mongoloid), kulit Putih (Kaukasoid), dan kulit Merah (Indian) yang juga terkadang sering digolongkan ke ras Mongoloid dengan sedikit banyak kemiripan pencirian klasifikasi ilmiahnya.
Pada akhir kisah penciptaan manusia tadi jika dikaitkan dengan Kitab Kejadian pun akan memiliki simbol artikulasi yang hampir sama. Di mana manusia akhirnya diciptakan dari perpaduan muka bumi dengan juzuk (zat) pendukungnya, yaitu unsur nabati.  Dengan simbolis Broken Place sebagai bahan yang pas untuk menumbuhkan kehidupan. Yang mana kehidupan itu harus terpanen begitu cepat seumur jagung. Hingga sesungguhnya makna dari malapetaka mereka bisa berputar pikir, melihat, berbicara, mendengar, dan bergerak seperti generasi manusia kita saat ini adalah sama dari apa yang ingin disampaikan Kitab Kejadian, bahwa semuanya masih terlalu dini... terlalu cepat untuk tahap itu.
Kemudian pesan dan kesan lain pun akan di dapat, merujuk pada periodesasi penciptaan dari kisah penciptaan ini dengan periodesasi Geologi, adanya awal kehidupan pada Zaman Paleozoikum maupun pada akhir zaman Es di mana adanya berbagai kemunculan dan kemusnahan dengan adanya sistem kehidupan dominan yang terlalu  berlebihan dan merusak, sebagaimana juga pada Kitab Kejadian pada masa Adam hingga Nuh. Dengan penekanan yang menonjol adalah konsepsi fisik dan psikis.
Sementara mitologi Mesir mengkisahkan proses penciptaan manusia dengan Knum (dewa berkepala kambing) pada alat roda tembikar hebatnya memulai dengan membentuk tulang-tulang dari tanah liat khusus. Ia membentuk kulit yang khusus dalam bentuk ini: urat yang mengalirkan darah dan berbagai organ tubuh lainnya, termasuk organ pencernaan, pernafasan, dan kemaluan. Ia memberi semua unsur pada tubuh manusia pertama dan semua seluk-beluk yang dikenal pada tubuh manusia sekarang. Meski bentuk fisik telah sempurna, mereka belum memiliki semarak kehidupan, termasuk bergerak dan berpikir. Knum kemudian memberikan nafas pada ciptaannya, menyerahkan sebagian kekuatan hidupnya kepada mereka; dengan demikian ia telah menghidupkan mereka, ras manusia pertama.
Nah, pada kalimat terakhir jelas menyiratkan pesan dan kesan bahwa sesungguhnya ‘fisik’ sempurna itu masih dalam konsep juzuk (zat) nabati, di mana ciri khas kehidupan nabati saat itu memang belum memiliki huru-hara atau semarak kehidupan seperti manusia sekarang ini. Pergerakan dan pola pikir manusia kehidupan nabati belum seperti pola pikir hewani kita sekarang ini. Knum jika dalam Kitab Kejadian tak lebih gambaran lain dari tokoh ‘Ular’ yang menggoda Hawa untuk menyulap generasi manusia pertama Bumi  saat itu berevolusi ke arah kehidupan hewani dengan ciri khasnya yaitu; memiliki semarak kehidupan, bergerak dan berpikir seperti kehidupan manusia sekarang ini.
Pada  mitologi Cina, penciptaan alam semesta dan manusia juga berbeda penciptanya seperti pada mitologi Mesir. Jika pencipta sang pencipta alam semestanya adalah Panku yang merupakan pria atau dewa, sementara sang pencipta manusianya adalah seorang wanita atau dewi yang bernama Nuwa. Dengan dikisahkannya Nuwa, seorang dewi, tidak sengaja tersandung pada dunianya yang bergetar ketika sedang dalam perjalanannya. Bumi sedang bersenandung penuh semangat. Nuwa heran dengan makhluk-makhluk menakjubkan yang sangat banyak ini. Ke mana pun menatap, ia melihat makhluk yang lebih mengheran dari sebelumnya. Ia meilihat tiap macam rambut dan sirip, bulu dan sisik, tanduk, kuku, dan sengat. Makhluk-mahkluk yang tertatih, merayap, dan melata di atas bumi. Ada yang melompat, berlari dengan cepat, dan berputar dalam laut. Bunga-bunga yang harum seperti melati, bunga bakung dan narcissus, membungkus seluruh dunia dengan kehangatannya dan wangi yang kuat.
Namun, ketika ia menjelajahi ceruk dan pecahan, Nuwa merasa aneh dan tidak puas dengan bumi yang mulai ia kenal ini. Sang dewi melihat bumi sebagai sesuatu yang memikat, namun kosong. Nuwa merasa kesepian; ia duduk di pinggir sungai merenung. Ia menatap bayangannya di air, dan tiba-tiba ia tahu apa yang kurang: ia ingin bumi diisi dengan makluk yang dapat berpikir dan tertawa sepertinya.
Sungai di depannya terulur dan ombaknya menampar pinggiran sungai. Air hijau yang keruh meninggalkan tanah kuning yang kental di sekitar pinggiran sungai. Nuwa merasakan tekstur yang licin itu dengan ujung-ujung jemarinya dan mencetak sebuah bola dari tanah liat. Tanah dingin dan licin yang disimpan oleh sungai sangatlah cocok untuk pekerjaannya, dan ia menggulung tanah liat yang basah itu menjadi sebuah boneka, memberinya kepala, bahu, dan dada, dan tangan seperti dirinya. Untuk tubuh bagian bawah boneka, ia ragu. Nuwa memutuskan memberinya sisik dan kuku seperti cicak, atau sirip dan ekor seperti ikan. Kedua bentuk ini sangat berguna, sejak sang dewi mengubah bentuk bagian bawah tubuhnya sendiri secara bertahap agar bisa mengeliling lautan dan surga dengan cepat. Akhirnya, ia memutuskan untuk memberikan kaki pada makhluk ciptaan barunya itu, sehingga ia bisa berjalan di tanah dan mendayung di laut.
Dari berbagai corak tanah kuning, Nuwa membuka boneka tinggi dan boneka pendek. Ia membuat boneka kurus dan gemuk. Ia membuat boneka dengan rambut keriting dan rambut lurus. Ia membuat boneka dengan mata yang sebulat dan selebar ceri, beberapa yang lain dengan mata yang sepanjang dan sesipit sayap nyamuk. Ia membuat beberapa boneka dengan mata gelap segelap langit tengah malam, sedangkan bagian yang lain begitu  terang seperti madu cair. Masing-masing makhluk berbeda, sehingga sang dewi bisa mengenali ciptaannya. Kemudian, ketika ia meniupkan nafas pada setiap bonekanya, bonekanya membuka matanya untuk hidup, tertawa kecil, dan juga meloncat.
Nuwa sangat gembira dengan hasil pekerjaan tangannya hingga ia ingin membuat lebih banyak lagi. Tapi ia butuh cara yang lebih cepat. Di sepanjang pinggiran sungai, alang-alang yang ramping melengkungkan batangnya yang anggun di atas air. Nuwa menggulung lengan bajunya, memotong alang-alang itu, lalu mencelupkannya ke dalam lumpur sungai seperti sebuah sendok. Dengan lincah, ia mengibaskan pergelangan tangannya dan menjatuhkan gumpalan lumpur di tanah. Ketika lumpur itu kering, ia meniupkan udara yang sangat banyak pada tiap-tiap gumpalan, dan seketika gumpalan-gumpalan itu menjadi makhluk yang bulat dan bisa tersenyum. Tawa ceria dari makluk ciptaannya mengisi benak sang dewi dengan kebahagiaan dan rasa bangga.
Namun Nuwa lelah. Meskipun ia sangat mencintai ciptaannya, ia sadar jika ia tidak bisa mengawasi manusia setiap saat. Apa yang akan terjadi pada makhluk ini jika mereka tumbuh menjadi tua dan mati? Nuwa tidak ingin memperbaiki lagi, namun ia juga tidak ingin mengulangi membuat manusia-manusia yang baru. Ia berpikir dan berpikir. Bagaimana makhluk ini bisa berkembang biak tanpanya?
Dengan sebuah simpul dan colekan, Nuwa menjadikan beberapa tanah liat itu laki-laki dan perempuan, kemudian mengangkat makhluk-makhluk yang tergelincir dan jatuh ke lumpur. Di tengah keributan, ia memberikan perintah yang paling penting. Ketika Nuwa bicara, keributan berhenti dan berubah menjadi keheningan. Manusia-manusia mendengarkan dengan khidmat pada kata-kata Nuwa. Nuwa berbicara tentang pentingnya pernikahan dan kewajiban pasangan pada masing-masing pasangannya. Nuwa mengajari mereka cara membuat anak dan menjaganya. Ia berharap mereka bisa hidup lama dan bahagia di bumi. Ketika sang dewi pergi, ia menunjukkan harapan yang sangat agar mereka bisa membuat manusia-manusia baru dan hidup bahagia tanpanya. Kemudian Nuwa naik ke langit, duduk di kereta yang berderap yang ditarip enam naga bersayap.
Hingga hari ini, manusia melanjutkan untuk menikah dan memiliki anak-anak yang mencerahkan dunia dengan tawa dan bahagia mereka, seperti boneka lumpur yang menari di hari-hari Nuwa.
Jika diamati, kesamaan final dari ketiga mitologi (Cina, Mesir, Aztec dan Maya) antara lain pada penggunaan unsur tanah sebagai konsep cikal-bakal bahan untuk proses penciptaan manusia. Dan dari kesamaan unik ini juga sejalan dengan Kitab Kejadian, yang kemungkinan besar keempat asal penceritaan ini pernah hidup berdampingan di tempat yang sama sebelumnya, yaitu Atlantis. Di mana wilayah konkret Atlantis sesungguhya masih menjadi perdebatan antara di lautan Atlantik, kepulauan Yunani di laut tengah, dan kepulauan Nusantara di Indonesia. Ini tak lain pun dampak dari efek pemahaman keempat kisah tersohor asal mula tersebut (Cina, Aztec dan Maya, serta Mesir dan Ibrani dalam genre Oriental Kuno). Dengan para filsuf Yunani mendapat kisah dari para pendeta Mesir bahwa sesungguhnya pelestarian mitos mereka itu mengingat pada nenek moyang mereka yang awal berasal dari timur dan dari yang menyelamatkan diri hijrah ke wilayah yang mereka tempati sekarang (Mesir).
Ini pun akhirnya ada menjadikan pula para filsuf dan pendeta Yunani membangun beberapa mitologi dan inspirasi perabadan dewa-dewi mereka sesuai ‘kode etik’ dari Mesir. Di mana ada yang unik terkait catatan bersandi tentang evolusi, salah satunya pada kisah Poseidon dan Cleito. Serta adanya dugaan bahwa para cendekiawan Yunani ini juga terilhami akan adanya berbagai diaspora penyelamatan air bah selain nenek moyang bangsa Mesir yang menuju ke barat. Dengan ketika Jason dan rombongannya (antara lain termasuk Hercules dan Theseus) berangkat naik Argos yang terbukti bahwa itu adalah kesenangan terakhir  dari orang-orang setengah dewa dan para pahlawan dan mereka bergerak ke arah timur. Ini seperti penuturan dari suku Aztec yang menyatakan bahwa mereka berasal dari Aztlan yang tenggelam dan berlayar ke arah timur.
Pada Kitab Kejadian, selain menjelaskan dalam proses kemunculan manusia secara urutan hari penciptaan bumi beserta isinya pada Pasal 1 ayat 26-29, juga ada rincian lain dalam Kitab Kejadian 2 : 5-7 yang diterangkan sebagai berikut:
Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. ketika itulah TUHAN membentuk manusia itu dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
Nah, sepertinya saya pun agak terkecoh selama ini. Dari mendapat mata pelajaran di sekolah maupun membaca kembali di Alkitab, yang kini saya menangkap arti lain yang secara simbolis memang dijabarkan pada ayat-ayat berikutnya di bab Manusia dan taman Eden (Kejadian 2 : 8-25) di mana Adam memang diciptakan lebih dulu dari Hawa. Akan tetapi selama ini rata-rata pehamanan umum yang didapat adalah bahwa Adam dan Hawa diciptakan pada hari yang sama hanya selisih waktu pagi dan petang pada hari itu juga saat setelah diciptakan, Adam langsung ditempatkan di Taman Eden di waktu yang sama. Itu pulalah yang juga saya dapat saat mengajukan pertanyaan di pelajaran agama sewaktu sekolah dasar dan sedang mendapat materi pembahasan hal itu, bahwa Adam dan Hawa diciptakan pada hari yang sama hanya beda waktu; pagi untuk Adam, dan malamnya saat Adam tertidur, Hawa pun diciptakan. Dan mungkin juga ada alasan lain pada masa seumuran tingkat sekolah dasar awal memang hanya diterapkan pada pehamanan seperti itu saja.  Apalagi materi ini memang terkesan tabu juga menjadi pembahasan yang cukup riuh terkait sisi biologis ketelanjangannya yang tentunya jelas pertanyaan-pertanyaan sering diramaikan di situ. Dan kemudian petunjuk pembuktian itu memang di arahkan kembali kepada Kejadian Pasal 1 ayat 26-29 itu tadi. Dan jika dikoreksi kembali ayat tersebut pada Kejadian 2 :  8-25, jelas akan ditemukan keanehannya jika anda mengamati pada prosesi dan keadaan alamnya saat itu. Dan mungkin juga ada alasan lain pada masa seumuran tingkat sekolah dasar awal memang hanya diterapkan pada pehamanan seperti itu saja.
Dan dengan akhir-akhir ini saya membaca beberapa dokumentasi sejarah, saya sedikitnya menemukan petunjuk lain untuk hal itu. Dan akhirnya memang dianalisa kembali adalah ‘waktu’ memang sering menjadi pengecoh dalam sejarah yang tak khayal sering menimbulkan perdebatan para ilmuwan berargumentasi. Karena sesungguhnya jangka waktu penciptaan Adam dan Hawa tidak sedekat itu antara pagi dan petang pada hari yang sama. Akan tetapi pada hari yang sama dengan waktu yang berjarak satu minggu hari Ketuhanan, dengan berarti Adam diciptakan pada hari keenam minggu pertama dan Hawa diciptakan pada hari keenam minggu keduanya. Jika dianalogi kembali pada perkiraan waktu hari Tuhan dan manusia dengan 1 hari Ketuhanan bersamaan sekitar ± 8,5 milyar tahun manusia, berarti sesungguhnya perbedaan waktu Adam dan Hawa tercipta adalah sekitar ± 59,6 milyar tahun manusia. Hal ini juga saya ilhami dari penuturan pada Kitab Ibrani kuno lainnya yaitu Kitab Yobel pada pasal 3, dengan lebih jelas merincikan perbedaan saat kemunculan Adam dan Hawa.
 Dan ketertinggalan pemahaman inilah yang menginspirasi beberapa tokoh-tokoh tercerahkan di masa lampau untuk menampilkan secara simbolis ilham makna-makna yang hilang tersebut seperti pada lukisan-lukisan karya Leonardo Da Vinci, di mana novelis Dan Brown pun terinsipirasi pada karya-karya Leonardo untuk membuat karyanya yang berjudul “The Lost Symbol”. Dengan hal ini, berarti persepsi akan didapatkan lebih jauh dari pemahaman yang sering didapatkan pada mata pelajaran di sekolah. Karena Adam memiliki sisi lain yang tidak sekedar bersama Hawa di Taman Eden kemudian mereka terusir. Maka, dengan jarak waktu satu minggu Ketuhanan sebelum Hawa diciptakan, apakah yang menjadi keberadaan Adam saat itu?
Kita awali dengan suatu gambaran perubahan dari sebuah kosmos mineral murni ke kosmos yang berkembang dengan kehidupan tumbuhan. Pada bentuk paling awal dan paling primitif dari kehidupan tumbuhan menurut tradisi Misteri, satu kuman bergabung bersama dalam susunan yang mengambang luas seperti jaring yang mengisi seluruh alam semesta. Awal dari sel-sel menjadi suatu jaringan seperti yang sekarang kita dapati seperti pada DNA.
Dalam tafsiran Vedas, kitab suci India, tahapan penciptaan ini dijelaskan sebagai “jaringan indra”, sebuah jaringan cahaya yang tak terbatas, benang kehidupan, saling menjalin terus-menerus, datang bersama-sama, seperti gelombang cahaya, kemudian menghilang kembali. Waktu pun berlalu, dan beberapa benang itu mulai saling menjalin secara tetap, cahaya mengalir terbelah membentuk seperti pohon. Sebuah kesan khayalan yang timbul mungkin seperti yang bisa dimengerti saat mengingat sesuatu apa adanya. Tumbuhan bersulur menjalar di mana-mana. Di sini ada kabut lembap dan kehijauan yang cerah bercahaya. Jika anda bisa mendarat di tengah-tengah semua ini dan jika anda duduk di atas salah satu cabang hijau besar yang anda duduki tiba-tiba berputar, anda akan mempunyai sebuah pengalaman seperti seorang pahlawan dalam sebuah yang duduk di atas batu bergerak dan berubah menjadi raksasa. Karena tumbuhan sayuran yang luas dan menjadi jantung kosmos, dengan kaki tangan lembut menjulur ke empat sudutnya, adalah Adam.
Inilah adalah Eden. Karena belum ada bagian binatang untuk kosmos, Adam tanpa gairah dan tanpa kepedulian atau ketidakpuasan. Kebutuhan dipuaskan bahkan sebelum mereka merasakan. Adam hidup di dunia bermusim semi tanpa akhir. Alam menghasilkan pasokan tanpa akhir dalam bentuk getah seperti susu, sama dengan apa yang kita temukan dalam dandelion sekarang. Semakin rumit, lebih mirip dengan tumbuhan sekarang ini. Jika anda bisa melihat masa ini dalam sejarah kosmos dengan mata fisik, anda akan terkejut karena bunga-bunga yang bergetar dan melambai dalam jumlah yang tak terhitung. Seperti para ribuan suporter memadati tribun stadion lapangan sepak bola. Adam merentang hingga ke sudut-sudut kosmos, Adam benar-benar menguasai seluruh kosmos.
Berarti kita baru saja melihat, misalnya, bagaimana tahapan mineral keberadaan yang murni telah diikuti oleh tahapan tumbuhan yang primitif, diikuti lagi dengan sebuah zaman tumbuhan yang lebih rumit. Sebagaimana secara simbolis penulis Alkitab memaparkan kembali secara terpisah maksud dari penciptaan awal manusia pertama kali yang sesungguhnya pada Kitab Kejadian 2: 5-7. Di mana TUHAN Allah yang membentuk manusia dari debu tanah  seperti saat menggunakan suatu cara yang dalam ilmu pertanian modern dengan apa yang sekarang dinamakan dengan sistem tanam “cangkok”. Di mana dalam berbagai kisah sastra pun ada yang terilhami hal tersebut dengan menciptakan karakter tokoh “manusia cangkok”. Seperti pada kisah manga Jepang, “Dragon Ball” karya Akira Toriyama (buku ke-18 terbitan Elex Media Komputindo), atau pada serial anime TV-nya di mana tokoh Songohan, Pikkoro dan yang lainnya saat menghadapi bangsa Saiya yang membawa pasukan yang cukup unik. Dari sebuah wadah seperti toples, bangsa Saiya menanamkan benih-benih yang disemai ke dalam tanah Bumi untuk kemudian munculah para “manusia cangkok” menjadi pasukan mereka.
Kemudian untuk perkembangbiakannya, jika dalam ilmu pengetahuan modern bisa anda dapatkan pada Amuba atau Guntai. Secara biologis, Amuba adalah jenis kehidupan yang bisa membelah diri dan menyatu. Kalau terpecah-belah, Amuba akan menjadi seperti guguran dedaunan atau hujan salju. Sedangkan kalau berkumpul dapat menjadi bermacam-macam bentuk. Keunikan lain akan proses ini pun bisa perhatikan juga pada misalnya, Ubur-Ubur. Semasa kecilnya, Ubur-Ubur yang masih kecil akan bergabung seperti jembatan, menara, atau gedung bertingkat menjulang, kemudian setelah dewasa mereka mulai melepaskan diri. Demikan juga dengan karang dan serangga-serangga yang saling menempel membentuk makhluk besar.
Di sadari atau tidak, saat kita belajar di taman kanak-kanak maupun sekolah dasar awal, bahkan dalam pendidikan tingkat lanjut, seperti berhubungan dengan grafis kita juga mendapati proses Guntai itu. Sebagai contoh saat kita diberi tugas oleh pengajar untuk menghubungkan titik-titik menjadi garis penjelas yang akhirnya menjadi gambaran wujudnya saat berkenalan dengan berbagai hal tentang  hewan, manusia, ataupun tanaman. Begitu pula dalam desain grafis dalam suatu perwujudan transparatif dengan mengkombinasikan gambaran pada konstelasi titik-titik yang saling membentuk.
Perbedaan vital dari tahap awal  manusia di mana akhirnya berkembang menjadi kehidupan melalui tumbuhan dengan keadaan tubuh kita sekarang ini, jika kita menghapus sistem parasimpatik. Dengan menghapus sistem saraf simpatik dari tubuh dan mendirikannya sendiri, tubuh itu akan seperti pohon. Seperti yang dikatakan oleh penyembuh homoepati yang terkenal dari Inggris dengan frasanya: “Sistem saraf simpatik (penuh belas kasihan) adalah pemberian dari kerajaan nabati kepada raga fisik manusia.”
Dan di sini manusia awal belum berkelamin, sebagaimana pesan ini pun tersimbolis dalam seni beberapa pahatan-pahatan dan lukisan-lukisan kuno, seperti patung Dionysus di Yunani. Selain itu seperti dalam mitologi Cina dan Mesir tersiratkan pada kisah Nuwa dan Knum tadi, kelamin adalah bagian terakhir dari penciptaan manusia. Dan  dalam teosofis agama pun sesungguhnya memberi pesan ataupun kesan akan hal itu, sebagaimana frasa “manusia adalah gambaran citra-Nya” dalam paham Yahudi dan  Nasrani dalam Kitab Kejadian 1: 26-27. Untuk ‘citra’ itu sendiri dalam agama Islam selain pada Surah Al-Ikhlas, juga tersimbolis pada penulisan lainnya dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syu’ara’ 42: 11)
Kemudian hal ini kita sepahamkan dengan urutan proses dalam Kitab Kejadian, di mana perwujudan jenis tumbuh-tumbuhan lebih dulu diadakan sebelum jenis binatang-binatang. Dan dari situlah jenis manusia awal seperti Adam diregenerasi perkembangbiakan jalan kehidupannya,  dari jenis kehidupan nabati ke kehidupan hewani. Dan saat Adam ditugaskan menamai dan memilah jenis kehidupan tetumbuhan dan hewan itu dalam betina dan jantan untuk saling berdamping itulah Adam merasakan perkembangan pikirannya mendapati hal itu, dan Sang Pencipta pun Maha Mendengar dan Melihat dengan kemudian menciptakan Hawa sebagai pasangan untuknya, sebagaimana tertulis dalam pasal 2 ayat 18 pada Kitab Kejadian, pasal 1 ayat 3 pada Kitab Yashar, dan  pasal 3 ayat 4 pada Kitab Yobel. Dengan catatan, saat itu Adam pun sedang menjalani kehidupan dengan cara seperti pada tumbuhan partenogenesis. Dengan kehadiran Hawa yang menjadi pasangannya itu nantinya akan ada takdir yang menariknya pada kehidupan yang lain. Yaitu tranformasi untuk sampai pada kehidupan generasi manusia seperti kita saat ini. Dan Asy-Syu’ara’ 42: 11 sebagai kesimpulan arah pemahamannya.
Pusat komponen nabati yang hebat dari tubuh manusia saat makan seperti berfotosintesis. Tubuh itu makan dari gelombang cahaya dan kehangatan pancaran matahari, adalah cakra pleksur solar atau yang disebut “solar” karena ia terbentuk di sini, pada zaman yang dikendalikan matahari di mana kekuatan darinya mengalir dan mengisi kehidupan nabati yang dipahami dapat menggerakkan tubuh. Fakta bahwa aliran tenaga itu tidak bisa dikenali oleh ilmu pengetahuan materialis modern, dan bahwa hal itu tampak bekerja dalam alam yang sulit dipahami antara roh manusia dan daging dari tubuh hewani kita saat ini. Namun dalam budaya Cina, jaringan tenaga yang lembut itu dilestarikan dengan nama Chi dan pada budaya India di sebut sebagai “Virya”. Pada budaya Kejawen seperti dengan mendapati suatu “Galih”. Dengan di sini kesadaran manusia adalah kesadaran Nabati, yang pada budaya ilmu pengetahuan Teologi modern sekarang di artikulasi sebagai kesadaran Jiwa.
Dan daya khayal besar yang tersembunyi dari Kitab Kejadian, kita lihat bahwa tubuh Adam pada awalnya sangat lembut dan tidak berbentuk, kulitnya hampir selembut kulit atau kerak lumut tipis di atas kolam atau juga seperti Ubur-Ubur, tetapi sekarang mulai mengeras seperti pada transparasi udang yang masih terlihat tipis tapi kulitnya menebal.  Seperti yang dituliskan tokoh mistik Kristen dan Rosikrusian, filsuf Jacob Boehme, ia menulisnya dalam “Mysterium Magnum” yang mengomentari Kitab Kejadian, “apa yang akhirnya menjadi tulang, sekarang mengeras, dan menjadi sesuatu yang lebih dekat dengan lilin.” Hangat karena matahari, kaki dan tangannya yang hijau juga mulai kemerahan.  Hal ini juga tercatat dalam karya orang-orang Mandrake dalam ukiran abad ke-19. Akar-akar Mandrake selalu memainkan sebuah bagian penting dalam ajaran esoteris karena bentuk tubuh mereka sering tampak mewakili tumbuhan yang berjuang untuk berbentuk manusia. Adapula ilustrasi dari Hypnerotomachia yang mana memungkinkan anda menangkap sebuah gema atas penafsiran dari kehidupan nabati menjadi kehidupan hewani, sebagaimana ada sejarah rahasia mengajarkan berbagai ritual tentang hal-hal seperti ini. 
Ketika Adam mengeras, tubuhnya juga mulai terbagi menjadi dua, itu artinya ia seorang Hermafrodit yang memperbanyak diri dengan cara aseksual (tanpa hubungan seks). Jika dalam ilmu Biologi modern ini ada pada salah satu metode perkembangbiakan tumbuhan dengan cara membelah diri, seperti pada tumbuhan Partenogenesis. Ketika didesak, setiap sarjana alkitabiah Ibrani akan mengakui bahwa Kejadian 1: 27, bagian itu biasanya diterjemahkan; “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dibaca dengan tepat “laki-laki dan perempuan mereka (yakni TUHAN Allah) menciptakannya (tunggal)”.
Jadi, dengan metode reproduksi yang seperti tumbuhan inilah Hawa dilahirkan dari tubuh Adam, di bentuk dari tulang rawan seperti lilin tadi yang menjadi tulang Adam. Keturunan Adam dan Hawa juga dilahirkan secara aseksual yang dilakukan di luar taman Eden,  yang ini adalah sebelum mereka di usir dari taman Eden dan kemudian melahirkan Kain dan saudara-saudaranya.
Aseksual ini diciptakan dengan menggunakan bunyi dengan cara analog hingga kegiatan kreatif Dunia. Hal sejarah ini juga berhubungan dengan ajaran Freemason ke “Dunia yang pernah hilang”, kepercayaan esoteris yang menyebutkan bahwa pada masa depan yang jauh, akan mungkin menghamili hanya menggunakan bunyi suara manusia.
Adam dan Hawa dan keturunannya tidak mati, tetapi sesekali mereka hanya tidur untuk menyegarkan diri. Ini mungkin seperti pada bunga Matahari di malam hari atau tumbuhan Putri Malu yang menyusut pada saat tersentuh atau pada suhu yang ekstrem. Namun keadaan makan lotus di taman Eden tidak bisa selamanya begitu. Jika demikian, manusia tidak akan berkembang di luar keadaan nabati. Di sinilah nantinya akan ada suatu takdir perubahan yang diinginkan pasukan Elektron dari Lucifer mengambil peranan manusia. Benarkah sesungguhnya tujuan-nya adalah untuk memisahkan Dewa Matahari dari bumi untuk sementara?
Akan tetapi, tentu saja kemungkinan tidak ada artefak yang selamat untuk dari zaman proto-manusia hidup dalam bentuk tumbuhan ini, tetapi setidaknya ada catatan yang bisa dipercaya untuk artefak-artefak semacam itu. Seperti yang didapati oleh Herodotus, penulis Yunani yang juga sering disebut “Bapak Sejarah” ini mendapati sesuatu yang aneh. Ia mengunjungi Memphis di Mesir, dengan mendapati patung-patung kayu aneh berjajar-jajar banyak sekali di suatu ruang bawah tanah yang luas. Sang Pendeta Mesir itu mengatakan bahwa, “Mereka masing-masing dilahirkan dari yang lainnya.” Dan itu adalah makhluk-makhluk yang memerintah sebelum Menes, raja manusia pertama mereka. Dengan memungkinkan bahwa maksudnya adalah mereka lahir tanpa memerlukan pasangan seksual, dengan acara aseksual seperti tumbuhan partenogenesis (Amuba atau Guntai). 
Dan pergeseran pada apa yang lebih kita alami saat ini sebagai kelahiran secara seksual adalah apa yang disimboliskan Kitab Kejadian 3: 1-24 pada sub bahasan “Manusia jatuh ke dalam dosa”. Sebagaimana saat kita makan buah yang masih mentah dengan yang sudah masak rasanya akan berbeda saat indera pengecap kita menjalarinya. Ya, inilah kemunculan perlawanan dari pikiran kosmos yang memberontak dari kehendak Sang Pencipta pada siklus kehidupan bumi saat itu. Dengan sosok itu menyamar pada ular untuk mendekati Hawa. Di  mana sering digambarkan ular itu mendekati Hawa dengan menggelantung pada dahan atau ranting pohon yang dililitnya, seperti pada karya Massolino dan ukiran pada zaman Renaisans karya Jacob Rueff, serta berbagai karya seni lainnya. Selain perwujudan hewannya adalah Ular, untuk pohon terlarangnya sering digambarkan dengan pohon Apel. Dan dari sumber gambaran sesungguhnya yaitu Henokh, karena Henokh-lah yang diberi tahu hal itu oleh malaikat kudus Rufael saat melihat-lihat seluruh Bumi. Dalam catatannya ( Henokh 32: 1-6), dijelaskan bahwa pohonnya seperti carob dan buahnya seperti anggur serta jika diamati pohon itu memang sangat indah dan memikat dengan mengeluarkan aroma yang menyebar jauh. Sekiranya dari semua itu, maksud dari penggambaran itu tetap bisa didapatkan kesamaannya. Dan Musa adalah sesudahnya yang kemudian menyusunnya dalam salah satu catatannya yang dikenal sebagai Kitab Kejadian dan tergabung dalam “Pentateukh”. Dengan kata lain, Henokh adalah penulis kisah penciptaan sebelum air bah dari masa perabadan Atlantis di jazirah Nusantara, sedangkan Musa adalah penulis kisah penciptaan sesudah air bah dari masa perabadan Mesir di jazirah Timur Tengah.
Dalam pesan dan kesan yang didapat dalam drama penggodaan ular pada Hawa adalah awal dari masa transisi kehidupan nabati menuju kehidupan hewani. Dengan pengertian anda ditujukan pada apa yang disimboliskan itu adalah serangkaian kejadian yang memperlihatkan kehidupan di bumi yang bergerak ke tahap berikutnya dengan susah payah karena evolusi. Karena pada saat itu, Adam dan Hawa masih pada proses hakiki yang mereka peroleh saat itu adalah kehidupan nabati, dan buah itu bukanlah makanan mereka yang seharusnya. Ibarat kata pepatah, “ masa jeruk makan jeruk?”... transformasi kehidupan mereka yang masih dalam jalan pencanangan Allah pun menjadikan apa yang diinginkan pengaruh buruk ‘Ular’ itu mengikat mereka dalam keinginannya. Dan ibarat,”buah yang dipetik sebelum masanya”... sang ‘Ular’ yang cerdik itu pun memaksa secara halus memanen mereka dalam keranjang buaiannya. Sekalipun adalah istilah Jawa yaitu “ngimbuh” di mana mematangkan buah yang jatuh dari pohonnya sebelum matang maupun yang sengaja dipetik dahulu untuk disimpan dan tidak termatangkan dari pohonnya, pada hasil kuantitas (fisik) dan kualitas (psikis) jelas akan sangat berbeda kenikmatannya bukan?
Dan dari buahnya, sekalipun dalam apel maupun anggur, mereka tetap memiliki artikulasi yang sama. Dengan warna merah buah  Anggur dan Apel menandakan hikmah kehidupan baru yang dialiri dengan darah untuk berselubung  bersama dengan daging dan bijinya (juga sebagai simbol perbintangan Venus) sebagai gambaran organ-organ vital di dalam kombinasi nabati dan material yang bersifat hewani mengeras dan memadat, namun masih ada sisi lunaknya. Dan ini adalah era dengan apa yang digambarkan seorang ahli botani Swedia bernama Carl von Linne atau Linneaeus (1707-1778). Linneaus berusaha mengejutkan rekan-rekan sejawatnya melalui penekanannya pada “seks perbungaan”. Ia menggambarkan kelopak-kelopak pada bunga sebagai sebuah ‘ranjang pelaminan’ yang berbau harum, yang merupakan tempat pengantin pria dan wanita dapat ‘merayakan upacara perkawinan’. Maka, evolusi kehidupan manusia menjadi ‘masyarakat bunga’ pun dimulai. Dengan keanekaragaman yang mulai bergeser dan  ilmu pengetahuan modern mengelompokkan hal ini dalam spesies, baik yang sejenis maupun tidak. Dan klasifikasi yang bejibun adalah hasilnya....
Kitab Kejadian tidak memandang evolusi secara objektif seperti seorang ilmuwan modern masa kini dengan merangkai potongan-potongan bukti-bukti geologi, antropologi, dan arkeologi yang diteliti secara tidak memihak dan objektif. Kisah dalam Kitab Kejadian itu adalah sebuah catatan subjektif tentang cara manusia berubah, seperti apa rasanya. Dengan kata lain, kisah tentang Ular penggoda itu yang membelit pohon  adalah sebuah gambaran dari formasi tulang belakang dan pusat saraf sistem sifat hewani seperti yang telah dikuasai dalam bawah sadar kolektif manusia. Kisah itu berisi gambaran kemungkinan yang paling jelas tentang perubahan bumi dari kehidupan nabati ke kehidupan hewani. Inilah titik balik besar, bagaimana materi telah mempersiapkan dasar tempat kehidupan nabati bisa dilahirkan. Sekarang kehidupan nabati seperti adanya dibentuk menjadi sebuah tempat lahir yang bisa dijadikan tempat lahir kehidupan hewani. Dengan kata lain, kehidupan nabati membentuk sebuah kebun benih yang dijatuhi benih kehidupan hewani. Maka, kehidupan terkontraksi menjadi tumpang-tindih dan rantai makanan yang baru pun terbentuk dari efek semua ini. perkembangbiakan pun perlahan menjadi evolusi dari kehidupan hewani.
Siraman kosmos ini menjadikan bumi bagai tunas-tunas yang layu sebelum berkembang. Ini adalah awal dari penting dalam sejarah yang disebut Gugur. Di mana sebelumnya, mereka berada dalam sentuhan cara reproduksi tumbuhan dengan sebuah cara yang di sebut partenogenesis. Dengan bagian dari tumbuhan itu jatuh dan tumbuh menjadi sebuah tumbuhan baru. Tumbuhan baru itu merupakan penerus dari yang lama sehingga dalam beberapa hal tidak mati. Dengan akhirnya ditranformasi secara tiba-tiba untuk menjadi evolusi dari kehidupan hewani dan cara khas dari reproduksi (seks) membawa kematian bersamanya. Secepat kelaparan dan gairah, secepat itu pula ketidakpuasan, kekecewaan, kesedihan, dan ketakutan dirasakan sampai generasi kita saat ini.

Proses 3
Sejarah pun mulai drastis bergerak ke arah jungkir-balik peranan hakiki Bumi. Sebagaimana pihak ketiga yang memberontak mulai menebar pengaruhnya di Bumi, menerobos paksa bagai Elang yang menukik ke bawah menyambar mangsanya. Di mana sebelumnya Elang itu berancang-ancang berputar menantikan momentumnya untuk meninggalkan dunia atasnya, seperti pada suatu frasa dalam Kitab Yesaya 14: 12 yang berbunyi:
“Wah, engkau sudah jatuh dari langit, Oh Lucifer putra sang fajar.”
(Yesaya 14: 12)
Ya, inilah bintang pagi pujaan para pengamat langit hingga saat ini. Yang mana dalam Yunani-Romawi disebut Venus dan dalam mitologi Yunani disebut Aprhodite, sedangkan dalam tradisi Yudea-Nasrani disebut Lucifer. Indonesia pun tak ketinggalan, dengan Bintang Kejoranya. Sekalipun nampak kontra dalam arahan literasinya, namun pada kenyataannya ada persamaan penting yang berkaitan, yaitu nafsu dan seksualitas hewani. 
Sekalipun sosok penokohan masih terkesan ambigu, mereka adalah gambaran penting dari campur tangan kosmos yang membawa kita keluar dari kehidupan sebelumnya menjadi kehidupan saat ini. Dengan sebagai akibat dari itu, kita dalam arah ‘baik’ untuk bisa bergerak di permukaan planet ini dalam artian bergerak karena kehendak. Sebab, hewan memiliki kesadaran akan dirinya sebagai sebuah entitas berbeda yang tidak memiliki tumbuhan, yaitu bentuk kesadaran akan akal dan naluri yang berkembang dalam pikiran. Dengan Kitab Kejadian menerangkan bahwa Adam dan Hawa akhirnya ‘tahu’ bahwa mereka memiliki tubuh yang lebih materialis dengan menyadari kebugilan mereka hingga mengawali pertumbuhan rasa ‘malu’ dengan perubahan wujud yang tiba-tiba diiringi nafsu seks hewani yang merasuki mereka. Naas keterasingan dari hakiki yang belum seharusnya pun bergumul dalam indikasi perubahan keterlanjuran yang saling berkontraksi menutupi jalan Ilahiah....
Tak sampai di situ, keturunan manusia akan selalu menjadi kesempatan mangsa penghancuran. Kain pun mengawali kendali yang empuk para pengarah kehidupan daging dalam memainkan ‘rasa baru’, yaitu emosi. Pembunuhan pertama antara manusia dimulai darinya dengan membunuh Habel, saudara dan sebagai adiknya sendiri. Bukan saja manusia, seluruh alam semesta mengalami pergolakan yang dahsyat. Antar sesama hewan juga sesama tumbuhan pun juga menjadi saling membunuh dengan para predator dan para parasitnya. Berbagai wujud materil terus berevolusi menjadi sangat ironi dan mengerikan. Bumi sudah dalam genggaman ambisi materialis kosmos. Dan dari keturunan Kain serta para manusia primitif lainnyalah kemungkinan awal sebagaian besar para makhluk-mahkluk suci lainnya pun tergiur pada sosok-sosok manusia yang sudah menjadi semakin nyata dengan wujud materi hewani yang absolut. Bahkan pengaruh para pelopor pun semakin memperbanyak pasukan pengacau kembali membuat perubahan drastis pada bumi. Keturunan Adam dari generasi Set yang ke-enam bernama Yared pun bergolaklah, 200 malaikat penjaga nekad memberontak turun ke bumi. Dan ini pula yang disimboliskan dalam beberapa karya seni dan sastra sebagai makhluk luar angkasa atau alien yang menyerang untuk menguasai dan menghancurkan bumi.
Ekosistem kehidupan bumi kembali diguncang para makhluk-makhluk halus (malaikat) yang kasmaran mendekati para anak-anak pribumi, anak-anak manusia pada perempuan yang cantik-cantik. 
Di sinilah dalam berbagai mitos menyimpan legenda perabadan itu dalam macam-macam versi. Dengan pada mitologi Yunani disebut sebagai masa para manusia setengah dewa, hasil dari masa para dewa-dewa yang mencintai perempuan manusia bumi yang bergolak di masa Yared dalam catatan Ibrani kuno. Dan dalam mitologi Yunani sendiri dikisahkan dari berbagai hasrat asmara para dewa-dewa Olympus kepada manusia, seperti Zeus dengan Ioana atau Europa, Poseidon dan Cleito, dan Appolo dengan Dafne. Hingga kemudian muncul masa manusia setengah dewa mereka dan para pahlawan, di mana juga dari perkawinan silang dan terlarang itu melahirkan para raksasa dan monster-monster yang sekarang digambarkan dalam dunia seni hiburan modern untuk pemikiran modern sekarag hanya sebagai sebagai takhyul atau khayalan. Namun pada kenyataannya penelitian modern sekarang, masih bisa ditemukan jejak-jejak perabadan raksasa tersebut bukan?
Di Indonesia sendiri tersembunyi dalam mitos-mitos cerita rakyatnya, seperti pada kisah terjadinya Danau Toba, Nyi Roro Kidul, dan berbagai cerita-cerita lain yang kental akan nuansa mistisnya. Dan sekarang, tempat asal dan keberangkatan bahtera Nuh pun mulai terkuak dari berbagai penemuan di Indonesia. Dengan inti kesemuanya akan menuju pada selubung perabadan Atlantis sesungguhnya. Benarkah Nuh lahir di zaman Atlantis? Lalu bagaimana dengan kontra usut lokasi Atlantis?
Di Mesir ada berbagai versi yang mengacu pada zaman erotisme manusia setengah dewa, seperti dalam hikayat “Putri dan Iblis” yang mana kewaktuan mitosnya disamarkan oleh para pendeta Mesir dan  malah disamakan pada masa Ramses II. Dalam catatan sejarah yang lain, Firaun yang bergelar Ramses II ini adalah Raja Mesir yang pernah dibesarkan bersama Musa di lingkungan kerajaan. Semua menjadi berubah setelah Musa diketahui asal-usulnya yang asli, hingga akhirnya mereka saling berselisih karena Musa mendapat petunjuk Ilahi untuk membebaskan bangsanya (Israel) dari perbudakan Ramses II di Mesir yang berkisar antara ± 1.300 BCE (Sebelum Masehi).
Secara garis besar, kisah ini menceritakan Fira’un saat itu sebagai raja Mesir yang untuk memperkuat kedudukan banyak mengambil selir dari berbagai wilayah taklukannya untuk menjalin persatuan. Di sinilah kiranya, bahwa kehidupan materil sudah mulai memberi pengaruh secara hewaniah. Di mana nafsu dan ambisi sudah mulai semakin menguasai manusia dalam menjalani kehidupan. Salah satunya juga pada babak drama di mana putri raja Bahktan yang memikat Ramses dengan kemudian dijadikan istri utamanya. Namun suatu ketika, saudari putri raja Bahktan itu mengalami sakit parah. Diketahui bahwa sakitnya karena dipengaruhi kekuatan besar, yaitu jin atau roh pengganggu. kekuatan manusia biasa tak bisa menandinginya, hingga pendeta menyarankan Ramses untuk memohon dan memanggil kekuatan besar pula pada dewa yang bernama Khonsu. Hingga akhirnya kekuatan raksasa Khonsu pun dapat mengusir dan mengalahkan jin. Dengan ini, kemunculan kembali makhluk-makhluk tak berjasad pada manusia untuk mengendalikan dan melampiaskan nafsu mereka yang mana kehidupan manusia akhirnya hanya menjadi sakit. Dan wanita di sini sebagaimana simbolis taman Eden, di mana kekuatan perintis kosmos selalu berusaha menanamkan pengaruhnya melalui mereka untuk perwujudan ambisi hewaniah untuk perkembangan dunia materil.
Pada mitologi Aztec dan Maya dari bagian penceritaan Popol Vuh, ada pada kisah Tujuh Macau dan keturunannya. Di mana Tujuh Macau dan keturunannya adalah gambaran kehidupan eksotis yang perkasa dan bisa mengubah perabadan bumi karena kekuatan raksasa mereka yang kemudian justru mengancam bumi pada percepatan kehancuran, hingga kemudian muncul pahlawan kembar sebagai penakhluk mereka yang bernama Hunahpu (Hoo-nah-POOH) dan Xbalanque (sh-bah-LAHN-kay). Di mana dalam pergumulan kehidupan manusia bersama diantara kekuatan raksasa menghasilkan asal-usul yang unik, seperti muasal bintang-bintang di langit, dan peristiwa alam seperti gempa bumi.
Dalam catatan mitologi Cina sendiri, simbolis perabadan eksotis manusia setengah dewa ini di abadikan dalam kisah “Sepuluh raja legendaris”. Mitos ini diperkirakan dimulai ada dan dilestarikan setelah bangsa Cina mendiami lembah Yangtze  atau lembah Sungai Kuning pada  kisaran tahun 6500 SM – 5000 SM. Dongeng-dongeng bangsa Cina yang lebih awal ini merujuk kepada ‘waktu mistis’ yang dikuasai oleh raja legendaris: mereka setengah manusia dan setengah binatang, mempunyai kekuatan magis, mengenal pengetahuan kepada manusia, seperti menulis, bercocok tanam, berburu, menghidupkan api dan mengatur banjir. Meskipun tiada bukti-bukti arkeologis yang mendukung keberadaan mereka. Nah inilah kemungkinan besar dari sifat fisis jasad mereka yang sesungguhnya masih belum seperti generasi fisis manusia seperti kita saat ini untuk meninggalkan jejak sebagai kategori fosil ilmiah modern didapat sampai sekarang oleh para peneliti. Maka kesenjangan fosil antara yang bisa ditemukan dan tidak pun bisa terjadi. Dan inilah kemungkinan lain dari kejanggalan arah pada teori Evolusi yang dipopulerkan Charles Darwin. Berikut profil para “Sepuluh Raja Legendaris” yang mendominasi kisah-kisah dalam mitologi  Cina yang lebih awal:
Ø  Fushi: Ia diperkirakan menjalani masa kekuasaannya pada 3000 SM dan memperkenalkan budaya penggunaan api, berburu, trigram, dan penjinakan binatang.
Ø  Shen Nung: Diperkirakan berada pada masa 2737-2598 SM dengan mengembangkan sistem pertanian dan obat-obatan.
Ø  Yon Di: Masa keberadaannya diperkirakan singkat karena ia digulingkan oleh saudara laki-lakinya, Huang Di.
Ø  Huang Di: Dengan mendapat julukan Kaisar Kuning, ia diperkirakan menjalani masa kekuasaan antara 2697-2598 SM dengan mengembangkan pembuatan bendungan, kompas, kalender dan mata uang logam (koin).
Ø  Shao Hao: Diperkirakan menjalani masa kekuasaan rentang waktu 2598-2591 SM yang tidak begitu banyak bisa dijabarkan karena pencapaian pembangunannya hanya sedikit perkembangan.
Ø  Kao Yang: Rentang jarak masa kekuasaannya tidak diketahui, namun ia dikenal sebagai ayah dari delapan anak yang termashyur.
Ø  K’u: Sosoknya sepertinya begitu misterius hingga masa kekuasaan dan pengenalan dirinya tidak diketahui secara pasti.
Ø  Yao Ti: Menjalani masa kekuasaan sekitar 2357-2255 SM dengan mengenalkan dan mengembangkan astronomi dan pembuatan kanal.
Ø  Shun: Pada dinasti kekuasaannya antara 2217-2208 SM  dengan mencanangkan pembuatan bendungan.
Ø  Yu yang agung: Ia diperkirakan menjalani masa kekuasaannya sekitar 2205-2197 SM dengan ia dikenal mengembangkan pembuatan peta dan mengontrol banjir. Ia juga pendiri Dinasti Xia yang legendaris (2005-1520 SM) namun untuk hal ini belum diketahui secara pasti kebenarannya.

Dari silsilah ini, secara intuitif saya seperti mendapatkan kode tersembunyi yang di mana tahun atau penanggalan sering menjadi penyamar atau pengecoh. Dengan mencoba mengabaikan penanggalannya, sosok peranan mereka di kenal hampir sama prosesnya dengan mitos yang ditanamkan di Yunani serta catatan-catatan Ibrani seperti kitab Kejadian ataupun Kitab Henokh, Kitab Yashar, Kitab Yobel, yaitu pendekatan antara perabadan eksotis dengan banjir besar. Dan sepuluh generasi setengah  ini hampir mirip dengan sepuluh generasi awal yang ada di Kitab-kitab Ibrani kuno, yaitu dari Masa Adam hingga masa Nuh melalui salah satu keturunannya yang bernama Set. Namun, ternyata nama-nama ini memiliki arti berkesinambungan yang profetif tertarik takdiran Ilahiah sejak peristiwa buah terlarang di taman Eden:
Ø  Adam: Arti namanya adalah manusia, karena ialah generasi awal manusia.
Ø  Set: Arti nama adalah ditetapkan. Ia keturunan Adam yang kehadirannya menggantikan Habel yang dibunuh oleh Kain. Dan melalui keturunannya inilah generasi setengah dewa berusaha mengurangi sisi gelap dari dampak pembunuhan Kain dan perkembangan bumi pada kehidupan yang lainnya.
Ø  Enos: Arti namanya adalah kematian, sengsara, dan lemah. Ia merupakan anak dari Set.Pada masanya, anak-anak manusia mulai berkembangbiak pesat dan berlipat ganda serta menyusahkan jiwa dan hati para keturunan taman Eden  dan kehidupan lain di bumi yang tak jarang mulai memberontak dan melanggar melawan Allah.
Ø  Kenan:  Arti namanya adalah dukacita, ratapan. Dialah yang kemudian memulai kemunculan sosok pemimpin. Ia ditakdirkan muncul sebagai pemersatu para manusia yang mulai tersesat dari jalan Allah. Dia menjadi seorang bijaksana dan memiliki pengetahuan serta keahlian, dan dengan khidmatnya dia memerintah atas roh-roh dan setan-setan yang berusaha mengendalikan manusia. Maka dia juga memerintah dan memimpin anak-anak manusia kepada hikmat dan pengetahuan. Dan pada masanyalah mulai berkembang sistem kepemimpinan dan kehidupan berkelompok.
Ø  Mahalalel: Arti namanya adalah Tuhan yang memberkati. Ia adalah anak sulung Kenan. Pada masanya, sebagian besar anak-anak manusia berusaha untuk dibawa kembali ke jalan Allah dan pada pelayanan Allah sebagaimana meneruskan kepemimpinan dari Kenan. Maka, Allah memberkati mereka yang mau kembali, karena bagi yang tidak, hukuman air bah sudah akan mulai diturunkan.
Ø  Yared: Arti namanya adalah akan turun. Karena pada masanya, kegoncangkan kembali datang menghampiri manusia. Kali ini datangdari  para malaikat penjaga yang memberontak turun ke bumi dan terpikat birahi pada anak-anak perempuan manusia. Di sinilah mulai lahir para generasi manusia-manusia perkasa; para raksasa, setengah dewa, dan monster-monster bercampur-aduk dari perkawinan  dan perabadan terlarang.
Ø  Henokh: Arti namanya adalah mengajar atau permulaan. Jika kakek moyangnya, yaitu Kenan mengajar dalam memulai secara strata kepemimpinan atau hirarki, maka Henokh mengajar dalam strata kerasulan atau kepanditaan yang akan memulai  unsur masyarakat yang nantinya sebagai pendamping atau pengayom dengan strata kepemimpinan. Namun pada akhirnya ia justru di angkat sebagai pimpinan atas 130 kerajaan di sekitarnya yang mendapat ajarannya hingga ia memisahkan diri atau menyembunyikan dirinya dari keramaian kehidupan manusia untuk melayani Allah sebelum ia akan diangkat oleh Allah. Dia adalah pengajar dan pemberita kebenaran yang pertama dalam 4 generasi yang selanjutnya. Dan sejak zamannya, Henokh mengajarkan kebenaran kepada anak-anak keturunanannya. Dengan nubuatan tertua yang tercatat dalam Alkitab adalah dari Henokh. Dan darinya, sudah dinubuatkan kedatangan Yesus Kristus (Messias) yang kedua kalinya dan dikutip dalam Injil (Kitab Perjanjian Baru) oleh Surat Yudas 1: 14-15.
Ø  Metusalah: Ia anak dari Henokh. Arti namanya adalah kematian akan membawa, saat kematian akan datang. Selain itu nama Metusalah juga punya artian nama yang lain, yaitu orang yang memegang senjata. Sepertinya pada masanya, strata militan atau militer mulai terbentuk dengan sendirinya dari berbagai kepentingan sebagai penjagaan atau keamanan dari hal-hal agresif dalam lingkungan masyarakat dan berkelompok yang di rintis pada masa Kenan.Banjir besar pada zaman Nuh sudah dinubuatkan oleh 4 generasi, yaitu sejak zaman Henokh. Dan dalam tahun matinya Metusalah ini, banjir besar itu memang datang.
Ø  Lamekh: Memiliki arti nama; ratapan, putus asa, hilang harapan. Ia adalah ayah dari Nuh. Pada masanya, anak-anak manusia menaburi tanah, dan hanya sedikit makanan yang dihasilkan, tetapi anak-anak manusia tidak berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat (saling membunuh), namun mereka memberontak dan melawan Allah dengan eksploitasi alam.
Ø  Nuh: Arti namanya adalah kelegaan, penghiburan, pelepasan. Metusalah menyebut nama Noah yang katanya,”Bumi pada zamannya akan beristirahat dan bebas dari kerusakan.” Sedangkan ayah, Lamekh, menyebut namanya Menachem yang katanya,”Ia akan menghibur kita dalam pekerjaan dan jerih payah yang menyedihkan di bumi, yang telah Elohim (TUHAN-Allah) kutuk.” (Yashar 4:14). Namun pada masanya, justru akhirnya semua anak-anak manusia mulai meninggalkan jalan-jalan Tuhan dan sudah semakin saling berlipat ganda. Dan bagi semua yang rusak jalan-jalan dan pikiran-pikirannya sebelum air bah, Nuh menjadi pilihan Allah untuk memulai kembali generasi kehidupan bumi yang baru dengan membuat bahtera yang akan diisi pilihan-pilihan yang sudah ditetapkan Allah menuju dunia baru.
Dan jika arti nama bapak-bapak leluhur manusia itu dibaca dari atas ke bawah, bisa diartikan sebagai berikut: Manusia ditetapkan mati, sengsara, dan berduka cita. Tuhan yang memberkati akan turun dan mengajar. Kematiannya akan membawa yang putus asa dan hilang harapan mendapatkan pelepasan, kelegaan dan pehiburan.
Ini adalah ringkasan penebusan manusia oleh Tuhan, yang tersembunyi dalam silsilah nama-nama bapak leluhur manusia ini. Dengan contoh lainnya seperti pada Musa yang arti namanya “yang di ambil dari air”. Musa pun diutus oleh Allah saat bangsa Israel semakin hanyut dalam ratapan penderitaan akibat perbudakan bangsa Mesir. Sebagaimana ia diselamatkan dari di hanyutkan di sungai Nil, Musa pun menyelamatkan bangsa Israel dengan kuasa Allah menyebrangi laut Merah dan tentara Mesir yang mengejar pun tenggelam di perairan laut Merah itu. Dan seluruh arti nama itu juga yang diilhami sang Budha sebagai samsara dari sebab dan akibat sejarah masa lalu bumi dan isinya.
Dan pesan tersembunyi dari nama-nama itulah sebagai hasil dampak atas tragedi Hawa dan Ular yang menggugurkan ekosistem kehidupan nabati yang masih diproses untuk kemudian tiba-tiba dialihkan kepada ikatan kehidupan hewani yang jelas-jelas menimbulkan kontraksi yang luar binasa. Ini jadi seperti tokoh ‘Hulk’ yang dalam perubahanan wujudnya berubah menjadi labil dan liar. Dan seperti ini pulalah hasil perkawinan eksotis para malaikat penjaga dengan anak-anak perempuan manusia, seperti yang diterangkan dalam Kitab Kejadian 6:4. Dan perabadan mereka menjadi terlalu eksotis dan berlebih adalah seperti apa yang dijelaskan oleh Henokh dalam penulisannya di Kitab Henokh pasal 6-8. Secara garis besar dijelaskan bahwa para malaikat itu saling berikrar untuk satu pendapat untuk menangguk hasrat mengambil pasangan bagi mereka dari anak-anak perempuan manusia dengan meniduri dan mengajari mereka ilmu-ilmu kosmos seperti sihir, tenung, dan mantra, serta akhirnya lahir dari mereka manusia-manusia perkasa dan raksasa-raksasa kanibal yang menimbulkan kekacauan perabadan manusia lainnya.
Dan kemungkinan besar, fosil-fosil dan artefak-artefak atau bangunan-bangunan raksasa yang tersebar di bumi adalah hasil karya para raksasa dan manusia-manusia setengah dewa lainnya. Seperti pada Geoglyph Nazca yang tersebar di Peru  yang menggambarkan aneka bentuk satwa, dan hanya bisa dilihat dan dinikmati dari ketinggian pesawat terbang atau kendaraan yang mampu terbang di langit. Dan sama sekali tidak bisa dinikmati di daratan.Dan mungkin saja  patung-patung di pulau Paskah itu adalah monumen berdarah, tempat yang dulunya para malaikat penjaga pernah berikrar untuk mengambil istri dari manusia dan menghasilkan keturunan-keturunan mereka yang luar binasa, salah satu jenisnya adalah para raksasa.
Bisa jadi, inilah yang menjadi titik balik besar di mana proses perkawinan akan benar-benar berevolusi dari aseksual menjadi seksual seutuhnya. Karena pada masa ini proses perkawinan secara aseksual masih dimungkinkan ada. Hal ini seperti yang tersirat pada Kitab Kejadian 9: 21-23, di mana Ham melihat aurat ayahnya (Nuh) dan kemudian menceritakan pada saudara-saudaranya (Sem dan Yafet). Bahwa titik balik besar manusia melakukan proses perkawinan secara seksual seperti sampai pada saat ini adalah sesudah air bah. Hal ini yang sebagaimana tersimbolis saat dikatakan dalam sejarah pada pertama kali Muhammad mendengar Alquran, yaitu surah Al-‘Alaq ayat 1-5:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara pena. Dia mengajarkan kepada manusia terhadap apa yang tidak diketahuinya”.

 Pada dari penyampaian itu, setidaknya menjelaskan sebab dan akibat manusia saat itu sudah kronik dari hasil dari peradaban para malaikat penjaga surga yang turun dan mengikat perkawinan dengan anak-anak perempuan manusia dan menghasilkan generasi peranakan darah dan daging. Dan juga sekaligus menyimbolis tokoh Henokh  sebagai perantara pena, utusan Allah yang pertama kali mengajarkan mulai dari generasinya pada bahasa kepenulisan serta berbagai hal-hal apa yang tidak diketahui manusia lainnya. Sementara di sisi lain juga ada yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya, yaitu para malaikat penjaga kepada trah perkawinannya dengan anak-anak perempuan manusia. Secara intuitif, Surah Al-‘Alaq tersebut menyimpulkan sebagaimana yang pernah dijelaskan Henokh dalam catatannya (khususnya pasal 6 dan 15 pada Kitab Henokh).
Dengan semakin melekatnya takdir kehidupan hewani yang menyelubungi kehidupan nabati yang pernah ada. Maka kehidupan eksotis itu di masa lampau hanya menjadi takhayul di masa kini. Namun setidaknya peninggalan-peninggalan fisik yang tersisa masih dapat menjadi bukti, Dan mungkin saja, Kamasutra adalah bagian dari inspirasi ritual seks yang mulai dahsyat perabadannya di masa lampau pada zaman Yared dan Henokh tersebut. Dan artefak-artefak bercorak Hindu yang sangat khas dengan lingga dan yoni, adalah monumen eksotis sekaligus erotis sebagaimana itu adalah kunci masa perubahan materil dari bentuk kelamin menjadi ‘nyata’ seksual seutuhnya. Menjadi kehidupan daging seutuhnya. Dengan Samsara yang semakin menyentuh...
Namun umur manusia kembali menjadi pertaruhan akibat dampak dari itu semua. Di mana telah mendapat maut dan menjadi maksimal hidup 1000 tahun saja pada masa Adam dan Hawa, mulai sesudah air bah di masa sesudah Nuh umur manusia hanya dijaminkan kehidupannya berkisar 120 tahun saja sebagaimana yang difirmankan TUHAN pada Kejadian 6: 3. Namun sesudah air bah, Allah menjanjikan penghiburan bagi manusia kepada Nuh seperti arti namanya. Melalui Nuh, Allah memberikan tanda perjanjian berupa “Pelangi”. Kesemua arti warna ini setidaknya harus digenapi manusia dalam kehidupannya untuk kembali ke dalam Kerajaan Surgawi Allah. Selain melalui air bah atau utusan-Nya (Messiah), penebusan manusia disimboliskan melalui konstelasi artian warna-warna pelangi untuk membiaskan air kebeningan akhir mencapai muksa. Dengan diregenerasi sampai sebelum hari perhitungan untuk menggenapi kesemua warna-warni pelangi itu dalam kehidupan materil, seperti yang digambarkan dalam perumpamaan “Tujuh Gerbang” dari catatan yang dikumpulkan dari pecahan-pecahan tablet kuno yang digali di Irak pada abad ke-19 yang diperkirakan berasal dari 13.000 SM dengan penjabaran sebagai berikut:
Gerbang pertama membiarkan perempuan itu lewat, dan ia memberikan jubah untuk menutupi tubuh perempuan itu.
Gerbang kedua membiarkan perempuan itu lewat, dan ia memberikan gelang-gelang ke tangan dan kakinya.
Gerbang ketiga membiarkan perempuan itu lewat, dan ia memberikan pengikatan pinggang kepadanya.
Gerbang keempat membiarkan perempuan itu lewat, dan ia memberikan hiasan dada kepadanya.
Gerbang kelima membiarkan perempuan itu lewat, dan ia memberikan kalung kepadanya.
Gerbang keenam membiarkan perempuan itu lewat, dan ia memberinya anting-anting.
Gerbang ketujuh membiarkan perempuan itu lewat, dan ia memberinya mahkota megah.
Catatan ini adalah prosesi yang digambarkan saat suatu roh harus mulai lagi turun melalui ruang-ruang, persiapan untuk inkarnasi berikutnya. Ketika roh itu turun, setiap ruang memberi hadiah kepada roh itu yang akan dibutuhkan ketika masuk ke tanah material lagi. Bahkan, hingga sekarang setiap anak diingat tentang  hadiah-hadiah ini dalam dongeng “Putri Tidur” hingga “Putri Salju”. Roh manusia masih menanggapi kisah ini dengan kuat dan hangat, mengalaminya seperti benar-benar terjadi dalam arti yang mendalam. Dan juga dalam pandangan dunia kuno lainnya, sangat kental sekali bahwa dunia bawah tersusun dari tujuh lapis atau tujuh dinding, sebagaimana gambaran labirin Minos pada koin Kreta. Juga pada lukisan spiral yang melambangkan dua dimensi karya seniman Italia, Botticelli. Gagasan yang sama dapat ditemukan dalam catatan Origen tentang Ophites dengan doa-doa mereka untuk tujuh iblis yang menjaga tujuh gerbang dunia bawah. Namun, model yang paling mendekati untuk catatan Dante Aleghri tentang dunia bawah dalam “Commedia” saat ini adalah catatan guru besar Sufi, yaitu  Ibnu Arabi yang menjabarkan tentang perjalanan Muhammad ke dunia lain dalam “Fotuhat”. Dan berbagai ranah meditator sejati dari kini hingga sekarang kiasan yang sering didapatkan dalam meditasi atau yoga pun kurang lebih konstelasi warna-warni dunia pelangi itu. inikah sisi lain dari frasa “Hidup berawal dari mimpi”...
Ini adalah apa yang mungkin tersembunyi dari sisi lain kemitosan pada dongeng ataupun cerita khayalan. Dan perabadan eksotis mereka inilah yang terkenal dalam legenda Atlantis. Dan kemungkinan lain untuk persebaran kosmos mereka adalah apa yang dicetuskan oleh Alfred Watkins (1855-1935 M) sebagai Garis Ley. Dengan penguat sisi kosmos dari konstelasi garis-garis Ley itu adalah pada titik pertemuan garis yang dijadikan suatu pusat fungsi dengan ditandai atau dibangun monumennya untuk menghasilkan moment-moment yang disimboliskan. Di sisi lain terkait hal ini, ada pada segel berbentuk silinder dari bangsa Sumeria yang memperlihatkan bentuk tubuh manusia, tetapi berkepala sarang. Ini karena pada zaman itu, kesadaran perorangan dialami seperti terbangun daari sebuah kolaborasi dari banyak pusat kesadaran yang berbeda. Pusat itu bisa dibagi, atau bahkan dipindahkan dari satu pikiran ke hal yang lainnya, seperti segerombolan lebah dari satu sarang ke sarang yang lain. Dan jika diamati pemetaan “Planet grid system” pada kombinasi Garis Ley akan tampak seperti jaringan sarang lebah raksasa.
Lebah adalah simbol yang paling penting dalam tradisi rahasia. Lebah mengerti bagaimana membangun sarangnya dengan semacam genius bawah kesadaran mereka. Sarang lebah menggabungkan ketepatan dan kesulitan luar biasa dalam pembangunannya. Misalnya semua sarang telah dengan rotasi malaikat-malaikat di dalamnya. Dan pada ilmu pengetahuan modern, hal ini diharfiahkan sebagai “perilaku naluriah”. Pola perilaku tersebut telah tertanam dengan sistem saraf sebagai suatu padanan biologis bagi ‘piranti program tertanam’ (hard writing).
Dan kemungkinan inilah para makhluk-mahkluk kosmos itu melesakan diri turun dari bintang-bintang mereka untuk kasmaran dengan para anak-anak perempuan manusia itu. Bisa jadi, garis Ley ini pun sering juga dimanfaatkan para kapitalis modern seperti saat mereka saling mencari lokasi-lokasi pertambangan maupun kekayaan lainnya selain dari naskah atau manuskrip kuno. Dan seperti pulau Papua pun sudah berkali-kali sebagai hasil dari perburuan itu. Karena Nusantara adalah salah satu wilayah dari pusat segalanya, baik dalam hal kekayaan alamnya yang ada  di permukaan dan di dalam perut bumi, letak geografis yang strategis, iklim yang bersahabat, sehingga manusia di wilayah itu bisa hidup dengan harmonis dan mampu berkembang biak dengan cepat. Ciri-ciri ini pulalah, tempat Adam hingga Nuh mulai mengembangkan citra manusia di Bumi.Dan jika dikaitkan dengan naskah Ibrani kuno, maka perabadan Atlantis dimungkinkan dimulai pada masa Yared di mana para makhluk-makhluk kosmos mulai memberontak dan turun ke bumi. Kemudian perabadan malaikat mulai melebur dengan manusia pada masa Henokh dan membangun kejayaan mereka hingga mengalami kehancuran yang ada pada masa Nuh. Dan di sinilah sekiranya gambaran juga untuk argumen ilmu pengetahuan modern tentang ‘kelangkaan’ tersebut merupakan desakan serius akan adanya ‘seleksi alam’ dari mayoritas dan minoritas keunggulan spesies. Bahkan, orang yang beriman kuat pada penciptaan Ilahi sekalipun terpaksa harus mengakui setidaknya di masa lalu beberapa bentuk kehidupan telah punah seluruhnya. Dan dengan konsep seleksi alam pada air bah, kisah bahtera Nuh bagai para petahana-nya.
Selain itu, kembali pada angka 10 sebagai penghubung yang unik antara silsilah para manusia legendaris dari Cina maupun Ibrani ini. Dari kedua sejarah kuno itu kita juga akan menemukan berbagai arah yang hampir sama dari pengenalan masa keberadaan mereka masing-masing dengan masalah yang paling dominan adalah tentang perairan. Dengan Adam dan Fushi akan tampak arah persamaan kedua tokoh itu mempengaruhi perabadan yang ada saat masa-masa mereka. Dan sosok misterius K’u pun juga tampak sejurus dengan sosok Henokh yang juga sering menghilang dan pergi menyepi untuk bersama dengan malaikat-malaikat Allah. Hingga pada sosok Yu yang agung dengan Nuh yang juga mengakhiri dinasti eksotis 10 generasi tersebut. Di mana mereka sama-sama mengacu pada masalah perairan yang besar selain kekeringan, yaitu banjir. Dan pemetaan yang dilakukan Yu adalah yang juga sangat mungkin dilakukan Nuh sebelum berangkat dengan bahteranya.
Jika sesungguhnya mereka hidup pada masa yang sama, hanya saja kemungkinan lain dinasti mereka dari kelompok yang berbeda namun masih dalam suatu kesatuan wilayah, ibarat dari suatu kekaisaran mereka adalah para dinasti Lord secara feodal. Dan kekaisaran itu yang kemungkinan besar adalah apa yang selama ini dalam legenda di sebut Atlantis. Legenda Atlantis ini dikenal juga dengan 10 pembagian wilayah kerajaannya. Di mana perabadan ini juga terkenal eksotis dengan sistem perabadan yang menganggumkan, dengan salah satunya adalah sistem perairan kanal seperti yang ada pada pengenalan “Sepuluh Raja Legendaris” dari Cina tersebut. Dan untuk masalah lain, yang juga sama pada masalah perabadan eksotis ini adalah menonjol pada perempuan sebagai perhatian utama pergolakan perabadan. Dan mungkinkah ada sisi lain yang hubungannya dengan konsep Atlantis, jika sesudah Inggris bercokol di daratan Melayu kemudian muncul 10 distrik sebagai wilayah kedaulatan Malaysia?
Nama Atlantis sendiri di ambil dari nama ratu utama perabadan eksotis yang di masa-masa akhir memimpin pengendalian dalam kerajaan Atlantis, ia tinggal di pula yang paling besar dan sebagai pusat tatanan perabadan. Karena ini adalah kerajaan yang wanita sebagai satu-satunya pemimpin di antara para pemimpin pria yang lainnya di sekelilingnya. Dan kerajaan ini pun dikisahkan sebagai kerajaan yang tempatnya paling akhir tenggelam dari perabadan kerajaan Atlantis lainya. Dan konsep hierarki yang dibangunnya cukup teosofis dan disiplin untuk menjaga keseimbangan ekosistem perabadan. Dan jika dalam mitos Yunani ada pada sosok Cleito, maka dalam legenda mitos Jepang ini akan ada pada kisah “Putri Himiko”, pemimpin wanita yang memulai perabadan awal Jepang. Dan beberapa komikus modern Jepang pernah mengilustrasikan secara simbolis seperti dalam salah satu karya CLAMP  yang berjudul “Magic Knigth Rayearth” pada tahun 1994. Dan berbagai karya lainnya sekarang pun sudah banyak berbagai karya menghiasi media seni dan hiburan terkait legenda Atlantis. Dan di Indonesia sendiri yang kemungkinan besara adalah sosok pemimpin wanita eksotis itu adalah  yang dimitoskan dalam berbagai versi sebagai Ratu laut selatan, Nyi Roro Kidul.
Dengan para filsuf Yunani modern pun mendapat penuturan dari para pendeta Mesir yang secara garis besar mereka tuliskan; bahwa ada sebuah daratan raksasa di samudra Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang membanggakan perabadannya menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana tingkat perabadannya memukau orang. Memiliki kapal dan pelabuhan dengan perlengkapan sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya sebatas di Eropa, bahkan jauh sampai ke daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta perabadannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang. Dengan kata lain, di masa kejayaan Atlantis adalah kekaisaran antar benua yang cukup besar yang kini terpencar-pencar maupun yang hilang setelah pasca glasial akhir zaman Es. Dan Atlantis adalah puncak dari perabadan terakhir generasi manusia setengah dewa dan para pahlawannya sampai perabadan mereka hancur dan tenggelam oleh air bah. Dan Nuh salah satu dari para pengungsi dengan bahteranya berangkat dari Dangkalan Sunda (Jawa) di zaman Atlantis yang diarahkan oleh angin Muson hingga mendarat di pegunungan Ararat. Dengan umur manusia menjadi semakin pendek. Dan sejarah buku pelajaran yang mengatakan nenek moyang Indonesia berasal dari Yunan, adalah sesungguhnya adalah arus balik para generasi pengungsi bencana air bah di zaman Atlantis yang berdiaspora ke arah utara untuk kembali ke tempat asal mula mereka di Nusantara. Di mana tempat-tempat perlindungan di pegunungan Tibet sebelumnya membuat mereka terdampar dan terselamatkan dari serangan gletser dari kutub Utara. Dan beberapa hasil dari para peneliti yang netral pun sudah mulai bisa membuka tabir yang selama ini tertutup bahwa Indonesia di masa lampau pernah menjadi pusat perabadan yang luar biasa mendominasi dan mempengaruhi dunia. Secara geologis Prof Aryos Santos memaparkan penelitiannya dalam bukunya yang berjudul “Atlantis, The Lost Continent Finally Found” (1997-2005) hingga akhir hayatnya. Kemudian secara garis besar ilmiah DNA dipaparkan oleh Oppenheimer dalam bukunya “Eden in The East: The Drowned Continent of Southeast Asia” (1998) disusul buku keduanya “Out of Eden: The Peopling of The World” (2004). Dan secara botani maupun zoologi dapat kita rasakan pada penentuan garis Wallace dan garis Weber, di mana klasifikasi pemetaan itu akan kembali pada hamparan Nusantara sebelum pasca glasial. Yaitu pada saat masih menjadi dua paparan besar, Sunda dan Sahul.
Dengan beberapa perbandingan proses penciptaan dunia dalam sisi kuno dan modern ini, sebenarnya ada banyak hikmah persamaan dokumentatif sejarah yang bisa didapatkan dari keperbedaan penjabarannya yang dikarenakan sudut pandang. Dan yang tak jarang ilmu pengetahuan modern sendiri sering menelaah dari sumber ilmu pengetahuan kuno. Akan tetapi dalam ranah publikasi ilmiahnya sering dibuat terkesan berlawanan dan berbantahan terkait klarifikasi kesepahaman ataupun mungkin karena dampak lain dari realita keadaan zaman yang ada. Dan mungkin ada hal lain yang sering disembunyikan pada sejarah, untuk konseptual masa depan ilmu pengetahuan modern di balik kepentingan “sesuatu” dari dampak lain ilmu pengetahuan kuno. Maka, seringkali ditemukan baik dalam bentuk lisan penceritaan kisah (dongeng, mitologi, legenda, dan lain-lain) maupun peninggalan fisik berupa artefak dan manuskrip lebih secara simbolis dan terkesan misterius, bahkan untuk keawaman dunia masa kini yang dikatakan modern sekalipun dari perabadan kuno yang dikatakan primitif. Akan tetapi, perabadan kuno sendiri banyak hal yang sulit terungkap secara modern hingga saat. Bahkan keawetan peninggalan canggih zaman primitif sekalipun masih lebih baik dari zaman modern sekarang. Kemungkinan inilah salah satu dampak bahwa dunia sudah semakin benar-benar diarahkan secara materil kenyataan kehidupan alam semesta kita yang tetap saja masih tidak bisa dihilangkan hakiki dunia ini sebelumnya yang sebenarnya, walaupun secara historis alam rohani itu kini hanya dianggap  seolah bayang-bayang.
Bagaimanapun itu semua tetap tidak bisa dipisahkan, sekalipun dikelompokkan menjadi berbagai hal untuk pembedaan. Yang entah kini menjadi ilmu sains yang penuh perhitungan matematis pun juga menggunakan simbol-simbol seperti dunia kuno untuk berbagai perumusan masalah. Di berbagai sisi lain pun ada Arkeologi, Geologi, Antroprologi, dan berbagai bidang ilmu pengetahuan modern lainnya dalam aktifitasnya menguak berbagai fenomena alam dunia ini. Dan tetap tidak bisa dipungkuri pula seperti bayangan tubuh kita yang terus mengikuti pergerakan fisik kita dalam pancaran sinar kehidupan, kekunoan adalah bayangan tubuh kemodernan itu sendiri. Seperti semboyan “Binneka Tunggal Ika”, walau berbeda-beda tetaplah satu jua. Walau dunia kini menjadi menjadikan berbagai ilmu pengetahuan berbeda, tetaplah satu jua, yaitu “Sejarah” sebagai jembatan penghubung kekunoan dan kemoderenan dari berbagai bidang. Kemoderatan dan kemajuan dunia semua ilmu pengetahuan apapun tidak terlepas dari “Sejarah”nya bukan?
Hanya saja, secara politis rasial, sejarah seringkali menjadi berbahaya untuk disalahgunakan dalam dokumentasi perabadan. Seperti halnya banyak orang mengatakan bahwa sejarah ditulis oleh para pemenang. Hal ini sama sekali tak mengejutkan alias wajar belaka. Tetapi, bagaimana jika sejarah atau apa yang kita ketahui sebagai sejarah ditulis oleh orang yang ‘sesuatu’? bagaimana jika semua yang kita ketahui hanyalah bagian dari cerita yang ‘sesuatu’ tersebut? Justru ranah perbedaan-perbedaan yang semakin diperbanyak inilah disadari maupun tidak yang selalu menjadi permainan bumerang dari berbagai kepetingan ‘tangan tersembunyi’ untuk saling di adu domba, di mana sejarah memang akan tertoreh para ‘pemenang’. Dan ini pun tak lebih dari sekedar dan sekelumit opini untuk mendapati suatu persamaan dari perbedaan yang ada, dengan kemungkinan tak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan penyampaiannya...(NB: dari berbagai sumber).

Frankincense (Purwokerto, 8 Maret 2018)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persepsi Introversi (bagian akhir)

CARA MENGEMBALIKAN SMARTPHONE ANDROID KE PENGATURAN AWAL (FACTORY RESET)

PITASAKA – Pitik Tarung Sak Kandang